Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reuni Demo 212 dan Kapitalisasi Sentimen Agama

29 November 2017   19:55 Diperbarui: 30 November 2017   16:04 2365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo 212. Sumber: Dream.co.id

Ah, bicara tentang perilaku unik orang Indonesia tak ada habisnya. Kadang lucu, kadang aneh, kadang seru, namun seringpula menggemaskan--konyolnya.

Salah satu kabar menggemaskan yang belakangan saya dengar adalah, rencana reuni para peserta demo 212 di kawasan Monas. Yes, Anda tidak salah dengar, reuni peserta demo.

Weladalah, kalau Anda kerap mendengar atau mengikuti reuni sekolah, kampus atau kantor, bersiaplah mendapati trend baru; reuni demo. Mungkin, kalau reuni demo ini bisa kita kemas dengan bagus, diberitakan secara masif, kita bisa ekspor dia sebagai produk budaya ke luar negeri. Siapa tahu antusiasme warga dunia tak kalah heboh dibanding launching album grup KPop BTS di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Serius serius, bagaimana logika peserta demo melakukan reuni? Tolong jelaskan kepada saya? Apakah ini ada hubungannya dengan wacana demo sebagai 'lembaga' pendidikan informal, sehingga para pesertanya bisa dipadankan dengan 'siswa', yang selepas acara menyandang sebutan alumni?

Ataukah, kalau dalam pemaknaan saya, gelaran reuni ini tak lebih dari upaya lajutan untuk mengkapitalisasi isu agama yang dihembuskan keras dalam demo 212 dan beberapa demo susulannya?

Bukannya sempat ada keinginan beberapa pihak membentuk partai politik 212? Bahkan kalau tidak salah, sudah ada yang dengan pede-nya mendeklarasikan diri sebagai ketua umum-nya dan sesumbar bakal ikut Piplres mendatang.

Atau, dengar-dengar ada pula yang membentuk badan usaha--koperasi simpan pinjam kalau tak keliru--menggunakan nama 212 dan menjalankan bisnis dengannya. 

Kok jadi kepentingan ekonomi macam ini ya ujung-ujungnya? Atau jangan-jangan, bukan cuman ujung, namun memang dari awalnya?

Wiro Sableng. Sumber: Tribunnews
Wiro Sableng. Sumber: Tribunnews
Anyway, saya ingin mengutip pernyataan mantan Ketua Umum Muhammadiyah, sekaligus tusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin sebagaimana dilansir Tribunnews;

"Supaya jangan besar dalam jumlah dan bilangan saja, tapi besar dalam mutu dan kualitas. Maka dari itu harus tampil dengan program-program aksi yang melahirkan lembaga-lembaga untuk kemajuan." 

Sudahlah, berhentilah menggunakan agama untuk politik. Mendingan, menjalankan program-program riil di masyarakat yang bisa memberdayakan umat secara nyata. Come on guys, be smart!

 PS. 212 bukannya brand-name nya Wiro Sableng ya? Yang pake nama itu udah minta ijin beliau belum?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun