Kedaulatan pangan adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh presiden Jokowi selama masa pemerintahannya. Tujuan ini merupakan salah satu bagian dari program nawacita yang telah dirancang oleh Joko widodo-Jusuf Kalla sebelum terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, peran Bulog sebagai operator pemerintah dalam bidang pangan dan logistik sangat sentral demi terwujudnyaa kedaulatan pangan di Indonesia.
Di usia yang kini menginjak 51 tahun, perum Bulog tak lagi hanya identik dengan komoditi pangan berupa beras saja. Melalui Perpres No.48 tahun 2016, pemerintah menugaskan perum Bulog untuk menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat produsen dan konsumen untuk 11 komoditas bahan pangan yaitu, padi, jagung, kacang kedelai, gula, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, cabai, daging ayam, daging sapi dan telur. Â
Berbicara mengenai tugas perum Bulog untuk mencapai kedaulatan pangan di Indonesia. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menjaga ketahanan pangan itu sendiri. Menjaga ketahanan pangan maksudnya adalah menjaga ketersediaan pangan di masyarakat dan menjamin masyarakat mudah untuk mengaksesnya. Dua hal utama ini mutlak diperlukan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan akhirnya meraih kedaulatan pangan di Indonesia.
Agar dapat mencapai ketahanan pangan itu sendiri, perum Bulog telah melakukan inovasi guna mengamankan tiga pilar pendukung terciptanya ketahanan pangan nasional, yaitu, ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas. Inovasi tersebut mewujud dalam produk pangan "Kita" dan Rumah Pangan Kita.
Produk Pangan Kita dan Rumah Pangan Kita
Produk ini diberi nama "KITA". Saat ini, beberapa produk pangan Kita yang sudah tersedia di tengah masyarakat berupa Beras Kita, Gula Manis Kita, Minyak Goreng Kita, Tepung Kita, dan Daging Kita. Kehadiran Bulog melalui produk pangan Kita di tengah masyarakat diharapkan dapat memecahkan persoalan masyarakat mengenai tidak tersedianya kebutuhan pangan yang murah dan berkualitas.
Persoalan lainnya yang sering menjadi penghalang terciptanya ketahanan pangan di Indonesia adalah rantai distribusi pangan yang tidak ideal dan terlalu panjang. Lebarnya jarak distribusi pangan dari produsen hingga ke konsumen menyebabkan harga kebutuhan pangan tersebut seringkali menjadi tidak stabil.Â
Selain itu, panjangnya jalur distribusi pangan juga membuat akses masyarakat kepada kebutuhan pangan pokok menjadi tidak mudah. Untuk mengatasi hal ini, perum Bulog membentuk jaringan distribusi pangan pokok yang disebut Rumah Pangan Kita (RPK).
Rumah Pangan Kita (RPK) adalah outlet retail pangan pokok milik msayarakat yang dibina oleh perum Buog. RPK mengusung model bisnis kemitraan yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan berperan aktif untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok  di tingkat konsumen. Selain itu, RPK menjadi outlet penjualan produk-produk pangan Kita. RPK hadir di tengah masyarakat di seluruh penjuru Indonesia.Â
Oleh karena itu, Keberadaan RPK akan menjadi pemutus jalur distribusi pangan yang terlalu panjang yang akan berdampak pada harga pangan pokok yang menjadi stabil. Selain tu, RPK menjadi sarana bagi masyarakat untuk memperoleh kebutuhan pangan pokok yang murah dan berkualitas dengan akses yang sangat mudah.