Mohon tunggu...
ASRIYA DEWI UTARI
ASRIYA DEWI UTARI Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMAN 1 Padalarang

Entrepreneur Sukses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suffering of Life

29 September 2022   14:15 Diperbarui: 29 September 2022   14:23 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mbo sari yang melihat itu merasa iba dengan putri satu satu nya kelurga ini yang sering di siksa oleh sang Ayah, mbo sari dengan cepat mencari kunci cadangan kamar mandi itu. " Non tunggu sebentar ya mbo cari dulu kunci nya, non tunggu sebentar".

Aqilla tidak membalas dia hanya menangis dan meringkuk. Mbo yang telah menemukan kunci nya pun bergegas membuka pintu kamar mandi itu.

"Ya allah non sini mbo bantu, kita ke kamar yaa nanti mbo obatin." Akhir nya Aqilla pun di obati oleh mbo dan tertidur pulas dengan luka di sekujur tubuhnya.

Wajah pucat itu masih mendominasi, perlahan kelopak matanya terbuka. Beberapa kali gadis itu meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Ternyata sudah pukul 5 subuh, perlahan Aqilla mencoba bangkit. Terdapat luka memar tubuhnya akibat cambukan dari Ayah nya kemarin. Dia berjalan menuju cermin yang menampakan seluruh tubuh nya dari atas hingga bawah. Penampilannya nampak mengenaskan.

Aqilla tersenyum menatap pantulan tubuhnya di cermin, senyum yang menggambarkan dia sedang tidak baik baik saja. "Kamu kuat Aqilla, kamu cewe kuat."

Seragam sekolah sudah melekat rapi di tubuhnya. Aqilla mengoleskan liptint guna menutupi bibir pucat nya. Setelah sial dengan penampilannya Aqilla bergegas turun menuju mejan makan, namun disana tidak ada makanan. Hanya ada teh dengan pemilik nya yang sedang membaca koran.

Dan Aqilla pun hanya bisa menghela nafas dan berpamitan pada Ayah nya walaupun tidak pernah di dengar.

"Ayah, Aqilla pamit ya. Makasih udah mau rawat Aqilla dan maaf bila kehadiran Aqilla menambah beban Ayah." Nara mendekap pria itu dengan hangat tapi baru beberapa saat pelukan itu di tepis dengan kasar.

"Berani nya kamu menyentuh saya, dasar anak pembawa sial. Pergi kamu saya muak liat muka kamu." Ujar sang Ayah

Aqilla hanya bisa menahan sesak di dadanya dan bergegas pergi agar tidak membuat sang Ayah marah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun