Mohon tunggu...
ASRI S Gosora
ASRI S Gosora Mohon Tunggu... Penulis - Asri S Gosora
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Khairun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

FTV sebagai Instrumen Propaganda Patriarki

16 Juni 2021   16:35 Diperbarui: 16 Juni 2021   16:44 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sangup hidup di dalam dunia nenek moyangnya. (R.A Kartini)

Kritik atas budaya patriarki atau yang kita kenal iyalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti, sejak lama sudah bermunculan di saat ketertindasan perempuan dari berlakunya hukum perbapaan. Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda dalam rumah tanga. Dari budaya ini kedudukan laki-laki paling superior sedangkan perempuan inforior artinya bahwa ada demakarsi kerja antara perempuan dan laki-laki. 

       Perkembangan kapitalisme cetak dan bahasa pada paru abad ke-19 di indonesia berkembang sangat masif di gunakan oleh pribumi untuk melancarkan agitasi propaganda menyadarkan masa rakyat dari cara produksi kapitalisme dan kolonialisme. Perkembangan teknologi dengan program seperti Facbook, Whtsapp, Instagram, Youtube, Televisi dll, tak bisa kita pungkiri semua unsur masyarakat yang terkoneksi dengan program tersbut mengunakan sebagai instrumen dalam propaganda personal dan kelompok. Lahirnya koran/Bacaan mendorong masyarakat nusantara untuk menyebarkan propaganda atas nasip bangsanya, Seperti Kartini, dalam surat menyuratnya yang menyingung nasip bangsa indonesia. 

            Perkembangan Tenaga Produktif (Ilmu pengetahuan dan Teknologi) berhasil mendorong kemajuan dunia. Seluruh sendi-sendi kehidupan manusia di rubah, Yang lebih menonjol iyalah Perkembangan Telkomunikasi yang melahirkan berbagi macam produk filim yang tersebar luas dan terkonstruk pada masyarakat. Kita bisa lihat dalam siaran FTV Indosiar banyak mengandung narasi diskriminasi hinga pertunjukan sinetron yang berbasis patriarki. Dari filim "suara hati seorang istri", sangat kental praksi patriarki dan domestifikasi kerja perempuan dan laki-laki. Bisa kita lihat dari pengangkatan judul FTV, banyak yang meminati filim tersebut, terutama perempuan yang berusia 30 hinga 60 tahun ke atas. Pemeran utama dalam filim tersebut iyalah perempuan. Sebagai pemeran utama filim iya harus tampil dengan baik, tampa di sadari proses pembuatan filim adalah praksis patriarki pasalnya perempuan di posisikan sebagai manusia yang paling menderita, dalam keseharian perempuan terus di timpa masalah dan menjadi manusia lemah. Minimnya partisipasi dalam dunia kerja, sangat di sayangkan jika perempuan di kucilkan dalam filim tersebut. Menurut Sukarno, sebagaimana pembacaannya dari Engels, pada saat ini perempuan sudah menjadi makhluk yang ditaklukkan. Sebab demi menjaga hamilnya dan menjaga anaknya perempuan hanya bisa diam saja di rumah sambil menunggu hasil buruan dari laki-laki. Hal ini jelas terlihat pada siaran FTV Indosiar. Mulai dari kerja domestik (Rumah), menjadi ibu rumah tanga, menjaga anak, jangan keluar rumah, patuhi semua perintah suami serta pertunjukan poligami laki-laki terhadap perempuan label bagi perempuan di filim tersebut menjadi perhatian kita. Publik di agitasi dengan pertunjukan filim-filim berbasis patriaki.

               Kesetaraan gender tidak terlihat serta jarang di temukan perempuan hak dan kedudukannya sama dengan laki-laki dalam FTV tersebut. Tempat perempuan hanya di kasur, sumur dan dapur saja. Sedangkan penempatan posisi perempuan yang diskriminatif sudah di bongkar oleh Kartini. Dalam perkataan kartini bahwa tempat perempuan bukan hanya di kasur, sumur dan dapur saja tetapi perempuan juga berhak menerima ilmu dan pendidikan atau mencarinya, bukan hanya kartini, banyak perempuan-perempuan indonesia juga suda merubah paradox publik atas pengucilan terhadap perempuan, Sampai saat ini filim tersbut masi di tayangkan dan belum ada penolakan atas siaran filim. Apakah kita harus menolaknya?, bagi saya, iya, filim tersebut harus di tolal. Gerakan propaganda patriarki sangat masif lewat siaran-siaran televisi dan instrumen teknologi lainnya. Jika gerakan propaganda ini tidak di berhentikan maka mainset masyarakat terhadap perempuan mengunakan alam pikir patriarki dan konsekuensinya perempuan akan terus di diskriminasi apalagi perempuan-perempuan yang belum mengetahui budaya sosial yang menempatakan perempuan sebagai mahluk yang paling lemah. 

               Filim Dengan judul "Suara Hati Seorang Istri" mengdoktrin masyarakat dengan pikiran-pikiran kolot yang menempatkan perempuan sebagai mahluk paling lemah. FTV Indosiar telah menjerumuskan perempuan pada ruang yang di kenal sebagai Ruamah tangga (Domestik), Mengidentikan perempuan dengan pekerjaan Menjaga anak, Memasak, Melayani suami, Jangan lawan suami sekalipun salah dan yang lebih kejamnya lagi, Perempuan di jadikan sebagai pemeran utama Filim yang memenjarakan mereka alias tunduk pada suaminya tampa harus melawannya.

             Sebagai manusia, esensi kita hidup iyalah hidup dalam lingkungan yang bebas tampa diskriminasi antara satu dengan yang lain. Sebagai manusia perempuan juga punya hak asasi yang harus di hormati, Mulai dari hak hidup bebas, Hidup sehat dan berhak untuk hidup aman serta membutuhkan perlindungan dari negara. Kedudukan perempuan dan laki-laki sudah harus sama, Sama di mata politik, Hukum, Pendidikan, Budaya dan sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun