Mohon tunggu...
Asri Samsu
Asri Samsu Mohon Tunggu... Arsitek - Asri Menulis

Asri Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sisi Lain Kunci Keberhasilan Program Sanitasi

28 Januari 2020   11:31 Diperbarui: 28 Januari 2020   11:40 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak tulisan, video dan berita yang menjelaskan tentang faktor-faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan suatu program khususnya program atau inovasi sanitasi. Tulisan-tulisan tersebut saling mendukung dan saling melengkapi satu sama lain walaupun kadang dibumbui argumentasi yang saling berseberangan dan terkesan bertentangan. 

Tulisan ini pun diniatkan untuk melengkapi dan menguatkan pendapat-pendapat sebelumnya. Akan tetapi tulisan ini mencoba melihat dari sudut pandang berbeda, yaitu tulisan yang lahir dari sudut pandang seorang staf yang hanya remahan rengginang di dalam lautan progran sanitasi dan jauh dari kata ahli.

Tidak ada yang bisa menyangkal jikalau komitmen pemimpin pemerintah daerah itu sangat besar pengaruhnya terhadap sebuah gerakan atau program Sanitasi. Ketika pemimpin telah berkomitmen maka alur logikanya adalah semua jajaran pemerintahannya mulai dari kepala SKPD, Camat, Lurah, Kepala Desa sampai staf akan bergerak seirama. Bahkan tersusunnya sebuah regulasi sebagai dasar sebuah program dan implementasi program yang telah terpatri dari sebuah dokumen sanitasi seperti SSK dan RAD AMPL akan mudah tereksekusi dengan adanya komitmen pemimpin daerah.

Akan tetapi, sebuah komitmen pemerintah daerah tentu tidak lahir begitu saja tanpa sebuah proses advokasi. Proses advokasi menjadi proses yang mempertemukan antara sisi realita dan cahaya terang optimisme yang melahirkan sebuah cara untuk melakukannya dengan detail dan sistematis.

Nah, pada titik inilah saya menemukan hal penting lainnya yang menjadi kunci dari sebuah program Sanitasi. Mungkin proses advokasi bisa berbeda-beda, akan tetapi  saya meyakini bahwa sosok fasilitator atau pendamping  sangat berpengaruh signifikan akan keberhasilan proses advokasi dan tentunya berujung pada kerberhasilan program sanitasi disebuah daerah. Fasilitator atau pendamping adalah sosok yang dipercaya bisa memandang dengan Spektrum lebih luas dan bebas nilai.

Teringat ketika seorang teman pernah bertanya,

"kenapa Seorang petinju kuat nan tangguh seperti Mike Tyson perlu seorang pelatih?"

"Bukannya sekali hantam saja, Tyson dapat meng K.O pelatihnya tersebut?" Sambung teman tersebut.

"Mike Tyson membutuhkan seseorang yang bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat dari dirinya sendiri yang kita sebut "blind spot". Begitu terang teman tersebut tanpa memberi kami waktu untuk menjawab pertanyaannya.

Mungkin sama dengan analogi itu, maka kita bisa berkata bahwa "betapapun hebatnya sebuah pemerintahan daerah dengan komitmen kepala daerahnya tapi juga membutuhkan sosok pendamping untuk menunjukkan blind spot-nya".

Sebagai contoh, ada sebuah gerakan massif di Kabupaten Soppeng yang disebut dengan gerakan SoBAT-Soppeng Bebas Ancaman tinja yang berhasil melakukan semua rangkaian pilar sanitasi dalam rentan waktu yang relatif singkat. Gerakan SoBAT berhasil menuntaskan perilaku 6.108 KK masyarakat yang masih Buang Air Besar Sembarangan di Kabupaten tersebut dengan waktu hanya satu tahun. Selain itu, gerakan SoBAT juga telah menyempurnakan rangkaian pilar sanitasi yang dimulai dari penyedotan sampai pengelolaan di IPAL dengan  proses Layanan Lumpur Tinja Terjadwal dengan pelanggan ASN sebagai target awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun