Mohon tunggu...
asril ramadhani
asril ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi mendengarkan musik, menonton drama korea.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Gandrung di Banyuwangi

17 Desember 2022   00:40 Diperbarui: 17 Desember 2022   00:53 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di daerah Jawa Timur, terdapat kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, yaitu kabupaten Banyuwangi. Di Banyuwangi ini memiliki berbagai kebudayaan yaitu salah satu budaya Tari Tradisional Gandrung Banyuwangi. Sebagaian besar warga Jawa Timur banyak yang sudah mengenal tarian tradisional ini. Tari Gandrung ini merupakan tari tradisional yang masih dipertahankan sampai saat ini oleh masyarakat yang ada di Banyuwangi. 

Tarian Gandrung ini merupakan tarian atau budaya Suku Osing masyarakat Banyuwangi asli. Dinamakan Gandrung karena tarian ini merupakan salah satu bentuk salah satu kepercayaan masyarakat Blambangan yang berprofesi sebagai petani kepada Dewi Sri, Dewi padi yang dipercaya masyarakat Blambangan dapat membawa kemakmuran bagi masyarakat Blambangan. Keunikan dari tari ini adalah adanya perpaduan atau gabungan antara gerak tari yang dinamis dan iringan musik yang unik, yaitu campuran antara budaya Jawa dan budaya Bali.

Tari Gandrung awalnya dibawakan oleh seorang penari laki-laki bernama Marsan, Gandrung Marsan merupakan penari Gandrung yang terkenal pada masa itu. Awalnya, seorang lelaki jejaka bernama Marsan ini dia melakukan keliling bersama pemain musik ke desa-desa dengan memainkan kendang dan terbang. Hadiah atau imbalan dari pertunjukkan Tari Gandrung tersebut mereka mendapatkan hadiah berupa beras dan mereka membawa beras tersebut kedalam sebuah kantong. 

Mulai saat itu para penari Gandrung Marsan mulai berkeliling dan mengunjungi desadesa yang ditempati oleh sisa rakyat Blambangan yang tersisa karena adanya penjajahan pada masa itu, daerahnya yaitu di sebelah timur dan sekarang tempat itu meliputi Kabupaten Banyuwangi.

Pada masa itu Tari Gandrung Marsan sebagai pejuang seni, sosok pejuang rakyat kemerdekaan rakyat Blambangan pada masa itu melawan penjajah dengan ambisi memberantas perbuatan asusila di kalangan penari Gandrung lainnya yang tidak diperbuat pada masa itu. Dengan adanya kemunculan Gandrung, kesenian ini digunakan sebagai senjata perang atau alat perjuangan yang setiap saat melakukan pementasan yang mendatangi tempat-tempat penduduk yang tinggal di pedesaan, pedalaman atau yang menetap di hutan.

Setelah kejadian tersebut, dengan adanya perkembangan Islam di Blambagan menjadi salah satu faktor mengapa Tari Gandrung tidak lagi dibawakan oleh laki-laki yang berdandan menyerupai perempuan. Gandrung laki-laki mulai hilang karena filosofi islam tentang laki-laki berpakaian perempuan adalah hal yang tabu atau dilarang. Era Gandrung laki-laki pun berakhir setelah kematian penari terakhir, yaitu Marsan.

Sejak berakhirnya era Gandrung laki-laki setelah itu adanya sejarah bermula pada tahun 1895 dan berkisah tentang seorang anak kecil yang masih berumur 10 tahun yang memiliki nama Semi. Berdasarkan cerita tersebut, Semi mengidap penyakit yang sangat serius. Orang tuannya sudah melakukan berbagai cara agar anaknya Semi bisa sembuh dari penyakitnya, akan tetapi upaya orang tua Semi tidak berhasil.

Suatu saat ibu dari Semi bernadzar jika putrinya sembuh dari penyakit serius itu maka ibunya akan menjadikan Semi seorang penari Seblang, akan tetapi apabila Semi keadaannya tidak membaik, dia kembali menarik nadzarnya itu. Setelah adanya nadzar tersebut, apabila Semi pulih dari penyakitnya maka dia akan dijadikan seblang. Tradisi dimulai dengan pertunjukkan Gandrung oleh Semi, setelah itu banyak gadis-gadis lain yang mengikuti jejak Semi.

Dari situ Gandrung mulai dikenal. Dan dari kejadian itu, menjadi era untuk Tari Gandrung mulai dimainkan oleh perempuan. Awalnya Gandrung hanya bisa ditarikan oleh keturunan penari lakilaki sebelumnya. Kesenian Gandrung ini mulai berkembang hingga terdengar di seluruh Banyuwangi dan menjadi ciri khas kota tersebut. Pada awal 1970-an, banyak gadis muda yang tidak keturunan dari gandrung sebelumnya juga mulai belajar tarian Gandrung tersebut dan menjadikan sebagai sumber pencaharian bagi mereka. 

Busana penari Gandrung Banyuwangi yang memiliki khas dan berbeda dengan busana tari derah Jawa lainnya. Busana Tari Gandrung tersebut mendapat pengaruh dari kerajaan Blambangan. Akan tetapi dengan adanya perkembangan jaman saat ini busana Tari Gandrung juga memiliki perkembangan yaitu busana yang terdiri dari penutup badan, bawahan dan penutup kepala atau hiasan yang ada di kepala. Bagian tubuh penari ditutupi oleh bahan dengan beludru benang emas dan selendang. 

Untuk bagian bawah menggunakan kain jarik batik dengan bermotif yang paling umum yaitu memiliki corak Gajah Oling. Untuk bagian kepala atau biasanya disebut Omprog yang biasanya dipakai untuk hiasan di kepala penari. Selain itu penari juga membawa satu sampai dua buah kipas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun