Mohon tunggu...
Aspiansyah Tibyan
Aspiansyah Tibyan Mohon Tunggu... Penulis - Catatan harian dari penyangga IKN Nusantara.

ASN instansi vertikal, bertugas di Kalimantan Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

IKN: Strategi Komunikasinya

25 Juni 2022   12:09 Diperbarui: 25 Juni 2022   12:23 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mohon maaf sebelumnya jika susunan kata dalam tulisan ini agak berantakan. Sebab saya ingin menulis cepat. Mencoba menangkap segala yang berseliweran di pikiran saya. Sebelum ia menguap dan terlupakan.

Ini tentang strategi komunikasi IKN. Mengapa itu penting? Karena tujuan dari komunikasi adalah agar gagasan kita bisa diterima oleh orang lain.

IKN adalah gagasan yang baik. Bahkan sangat baik. Tapi sayang, sepertinya pro kontra tetap tidak bisa terbendung. Masih ada sekelompok orang yang kontra terhadap IKN. Ada yang ingin agar IKN itu ditunda saja dulu. Dan yang ekstrim, ada yang ingin agar ibu kota tetap di Jakarta saja. Yang artinya, ia menolak total terhadap IKN sebanyak apapun kebaikan yang dibawa oleh IKN itu.

Memang antara yang kontra dengan yang pro terhadap IKN, masih banyak yang pro. Mengapa? Karena menurut logika demokrasi, yang memutuskan IKN itu adalah presiden yang notabene pilihan dari mayoritas rakyat Indonesia. Yang menyetujui juga adalah para anggota dewan yang merupakan perwakilan dari seluruh rakyat Indonesia. Dan Mahkamah Konstitusi juga mengiyakan terhadap UU IKN. Artinya, sebenarnya IKN itu sudah selesai dari perspektif hukum tata negara. Dan rakyat Indonesia setuju ibu kota negara pindah ke Kalimantan.

Yang tertinggal sekarang hanyalah masalah psikologi politik. Atau bisa juga dipisah menjadi: psikologi dan politik. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah mereka yang kontra terhadap IKN karena alasan psikologi politik itu adalah orang - orang yang berisik, meski jumlah mereka sedikit. Bahkan teramat sedikit. Saking sedikitnya, mereka berupaya membuat petisi digital yang jumlahnya amat sangat tidak signifikan bila dibandingkan dengan jumlah seluruh rakyat Indonesia. Sekali lagi lewat petisi digital. Yang sangat rentan dengan manipulasi karena satu orang bisa mengoperasikan banyak akun.

Lalu bagaimana strategi komunikasi IKN menghadapi permasalahan ini? Caranya adalah dengan menunjukkan keberhasilan-keberhasilan pembangunan IKN.

Tidak ada kebijakan yang menguntungkan semua orang. Yang bisa dilakukan adalah membuat kebijakan yang menguntungkan sebanyak-banyaknya orang. Itulah salah satu makna dari keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks IKN, adalah dengan tercapainya pembangunan yang Indonesiasentris. Tidak lagi jawasentris. Terwujudnya pemerataan pembangunan antar wilayah. Terwujudnya magnet-magnet ekonomi baru di luar Jakarta. Dan yang terpenting, dan tidak bisa dibantah, adalah terwujudnya keadilan geografis bagi seluruh daerah di Indonesia, karena ibu kota negara terletak di tengah - tengah wilayah Indonesia. Yang lokasinya insyaAllah bebas gempa.

Konten komunikasi IKN yang dibutuhkan sekarang adalah keberhasilan-keberhasilan dari pembangunan IKN itu sendiri. Karena itu yang akan membuat rakyat yakin, bahwa IKN bukan sekedar ilusi atau janji palsu. Karena itu yang membuat yang kontra, mudah-mudahan merasa bahwa ia sudah tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang kontraproduktif. Dan justru merubah strategi mereka untuk melakukan pencitraan bahwa mereka akan terus memantau pembangunan IKN. Dan itu malah positif.

Sekarang adalah era digital. Bonus demografi diisi oleh mayoritas para milenial. Pemilih 2024 kebanyakan para milenial. Maka strategi komunikasi IKN yang efektif adalah yang menyasar alam pikiran bawah sadar para milenial itu. Mereka lah para pelanjut IKN. Gunakan cara - cara cerdas, efektif dan kekinian untuk mengkomunikasikan IKN. Sebab IKN adalah gagasan besar untuk kemajuan Indonesia di masa depan. Yang berhasil tidaknya ditentukan oleh apa yang bisa kita lakukan sekarang.

Itu dulu. Nanti kita lanjutkan lagi.

Salam Indonesia Maju!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun