Mohon tunggu...
Achmad Sochib
Achmad Sochib Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penyuka dunia perpustakaan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan (Lagi) Meremehkan Perpustakaan

15 Desember 2016   21:28 Diperbarui: 15 Desember 2016   21:42 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokakarya Penguatan Perpustakaan di Solo, beberapa waktu lalu.

Perpustakaan terbukti telah berperan dalam pencapaian tujuan pembangunan daerah. Peran ini hadir setelah perpustakaan melakukan sebuah transformasi diri. Transformasi dari tempat membaca dan meminjam buku menjadi pusat belajar dan berkegiatan masyarakat yang mengikuti kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Proses transformasi perpustakaan tersebut dilakukan setelah hadirnya Program PerpuSeru atau Perpustakaan Seru di Indonesia.

Program PerpuSeru dilaksanakan Coca Cola Foundation Indonesia dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation sejak November 2011. Pada fase pertama, PerpuSeru bermitra dengan 34 perpustakaan di 16 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan rincian 28 perpustakaan kabupaten, 1 perpustakaan provinsi, 3 perpustakaan kelurahan dan 2 Taman Bacaan Masyarakat. Pada tahun 2016, jumlah perpustakaan yang menjadi mitra bertambah. PerpuSeru telah bermitra dengan 18 perpustakaan provinsi, 102 perpustakaan kabupaten / kota, 234 perpustakaan desa / kelurahan / TBM.

Kehadiran PerpuSeru mampu menggeser pandangan sebagian masyarakat bahwa perpustakaan merupakan tempat bagi kaum terpelajar atau terdidik. Perpustakaan adalah tempat buat anak sekolah, anak kuliah atau pegawai yang mau melanjutkan lagi pendidikan. Perpustakaan merupakan gudang tumpukan buku tebal yang bikin pusing ketika dibaca. 

Kini, perpustakaan telah memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang menjadi kebutuhan masyarakat. Misalnya pengembangan ekonomi, pertanian, pendidikan dan kesehatan. Sehingga masyarakat yang datang memanfaatkan fasilitas atau mengikuti kegiatan dapat merasakan manfaat dari keberadaan perpustakaan. Seperti peningkatan pengembangan usaha dan pendapatan, peningkatan prestasi pendidikan, mendapatkan pekerjaan dan usaha pertanian berkembang. Berdampak pula pada peningkatan pengetahuan kesehatan,sebagai media aktualisasi diri atau sekadar menyalurkan hobi. 

Banyak ibu rumah tangga yang telah merasakan dampak dari perpustakaan. Ekonomi keluarga meningkat setelah mengikuti kegiatan di perpustakaan. Seperti pelatihan membuat hantaran pengantin, menyulam, membuat kue dan membuat bros. Banyak pemuda yang mendapatkan penghasilan dan membuat peluang kerja setelah dari perpustakaan. Mereka ada yang budidaya jahe merah, dapat penghasilan dari google adsense, marketing online, potong rambut online, mendaur ulang sampah dan beternak kelinci. Demikian pula meningkatnya usaha para pelaku UMKM setelah dari perpustakaan.  

Begitu besar dan nyata dampak bagi masyarakat, maka jangan lagi memandang remeh akan keberadaan perpustakaan. Agar memberi dampak pada masyarakat yang lebih luas, pengembangan perpustakaan membutuhkan dukungan dari semua pihak. Baik pihak swasta melalui kepedulian dengan menyalurkan dana CSR ke perpustakaan. Dana CSR tersebut tidak akan sia-sia disalurkan ke perpustakaan. Sebab perpustakaan telah nyata melakukan pemberdayaan kepada masyarakat. Perpustakaan memberi kail, bukan memberi ikan. 

Pihak lembaga swadaya masyarakat(NGO) dan komunitas juga seharusnya bisa bergandengan dengan perpustakaan. Baik perpustakaan daerah maupun perpustakaan desa. Sebab antara NGO atau komunitas dengan perpustakaan memiliki muara yang sama, yakni pemberdayaan masyarakat. Kedua lembaga masyarakat tersebut bisa berbagi ilmu, berbagi pengalaman dan membantu mengembangkan perpustakaan dalam wujud lain. 

Keberpihakan yang paling dibutuhkan untuk pengembangan perpustakaan adalah pihak pemerintah. Baik kepala perpustakaan, bupati, walikota, lembaga legislatif maupun instansi pemerintah lain. Kepala kantor harus berani merubah perpustakaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan pemerintah. Apalagi kepala kantor hanya berpikir yang terpenting bekerja sesuai tupoksi saja. Begitu pula pimpinan daerah, harus berani menaikkan anggaran perpustakaan. Berani pula membuat kebijakan yang mendukung pengembangan perpustakaan. 

Instansi pemerintah lain jugaharus legowo bersinergi dengan perpustakaan. Dibuka pola pikirnya bahwa  Perpustakaan bukan mengambil wilayah kerjainstansi mereka. Akan tetapi membantu kinerja instansi lain demi kemakmuran masyarakat. Begitu pula para anggota legislatif. Mereka harus berani mengalihkan dana reses ke perpustakaan. mereka juga harus berani membuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui perpustakaan.

Tidak kalah penting, masyarakat juga harus berani merubah pola pikirnya. Tidak selalu mengharapkan uang transport ketika mengikuti kegiatan. Ilmu yang diberikan ke masyarakat jauh lebih penting dibanding uang transport yang dalam hitungan detik akan sirna. Masyarakat harus berani merubah mindset mencari ilmu, bukannya mencari ‘amplop’. Ilmu yang didapat dari perpustakaan jika dilakukan, pasti akan menghasilkan uang yanglebih besar. Sudah ada banyak contoh masyarakat yang mengubah mindset mereka. Dan akhirnya toh kualitas hidup mereka meningkat. Niat tulus untuk belajarlah yang membuat masyarakat tadi berubah!  (***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun