Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Perjodohan Itu Membuat Luka Mendalam namun Tetap Bertahan

20 Mei 2021   21:46 Diperbarui: 20 Mei 2021   21:59 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wattpad.com/user/raisha_nafisa

Menjadikan pelajaran kisah di masa lampau, untuk tidak terlalu ikut campur dalam jodoh seseorang atau salah satu keluarga terdekat. 

Perjodohan yang sering dilakukan orang tua atau kerabat yang terkadang tanpa disadari membuat luka yang terdalam buat yang menerima perjodohan itu dan ada juga yang berujung bahagia.

Tak membicarakan tentang kejiwaan, rasa, ilmu dan sebagainya yang berdasarkan teori saja namun kali ini hanya dititik beratkan pada keadaan nyata yang dialami langsung oleh kerabat terdekat. 

Dua puluh tahun silam, di keluarga salah satu saudari perempuanku di jodohkan oleh seseorang yang tidak terlalu dekat. Melewati penjajakan yang teramat singkat.

Karena usia yang sudah lebih dari dewasa dan di dukung dengan sang adik yang telah menikah dan mempunyai satu orang anak. 

Singkat cerita pinangan pun di terima, namun dari awal pun sudah ada masalah, namun dari keluarga tak mempermasalahkan bila mahar dan uang asap yang diberi tak sesuai bahkan terkesan meremehkan.

Namun karena ajang menjual anak, semua dijalani dengan ikhlas. Mungkin ini jalannya berharap akhirnya berbuah baik. 

Di awal awal yang kita tahu manis, namun gelagat tak baik terlihat jika setiap lebaran selalu alasan banyak kerja dan memilih untuk berangkat sendiri di banding bersama keluarga.

Gelagat itu pun masih dimaklumi, setelah sekian tahun barulah terjadi yang di luar nalar kita sebagai saudara. Walau awalnya kita masih membela sang ipar, karena kita tahu saudari kita bagaimana, dengan keras kepalanya.

Di saat sang kakak perempuan bertemu dengan mantan di sinilah api mulai  berkobar, sang kakak yang tak pernah membantah, menjadi orang yang keras kepala dan sukar diatur, semua maunya sendiri. 

Sering telepon bahkan mengirimkan makanan Kita yang tahu itu salah, memberi nasehat hingga melarang. Karena terpisah oleh samudera saja hingga tak ada pertemuan dan perbuatan yang memberi celah ke arah selingkuh, walau bisa dikata selingkuh dalam kata. 

Setelah sang kakak kita sidang, semua kedukaan, kepedihan yang dia tutupi terkuak, ambyar semua cerita telah lama di pendam.  

Kita sebagai saudara pun memahami, namun tetap tak membenarkan apa yang dia lakukan. Memberi  sebuah alasan yang akhirnya membuat kita pun tak simpati lagi dengan kakak ipar. 

Kesempatan itu telah diberi berulang kali, namun berulang kali pula kesempatan itu di sia siakan. Bahkan orang tua pun sempat berkata

"Salah mama, yang tak sabar menanti jodoh anak hingga menjodohkan," yang akhirnya membuat luka terdalam dalam diri anak.

Mungkin ini juga termasuk ujian kehidupannya dengan suami, mampukah dia membawa suami kepada tanggung jawab penuh terhadap anak dan istri. Mampukah mengubah kebiasaan suami mencari nafkah seadanya tanpa berpikir bagaimana kebutuhan anak anaknya.

Kemalasan suami seperti pepatah lama dari Bengkulu, "dapek ikat sejerat, madar" (memancing ikan, dapat satu ikat ikan setelah itu nyantai). Padahal kesempatan untuk mendapat lebih itu terbuka luas. 

Mungkin inilah perjodohan yang tak dibarengi keikhlasan untuk menerima bahwa perjodohan itu mutlak yang akhirnya membawa luka terdalam dalam kehidupan yang dilalui.

Berharap keajaiban dunia, bisa berubah lebih bertanggung jawab. Namun ibarat tali terputus disambung menimbulkan sekat, ibarat cermin pecah di sambung namun masih berantakan dan membekas. 

Begitulah perjodohan sang kakak yang bertahan hingga detik ini karena semata anak anak, jika rasa itu hilang, jangan pernah salahkan karena semua telah di lakoni  melebihi apa yang orang tahu.

Penglihatan di dalam belum tentu sama dengan yang di dalam. Kita tak bisa menilai dari luarnya saja. 

Perjalanan ini panjang, bertahanlah. Allah tak tidur, kau pasti akan diberi bahagia dari tangan tangan anakmu. 

Palembang, 20052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun