Mungkin
ketika cerita itu menghias perjalanan, tangan saling menggenggap, mempelihatkan rasa kasih sayang bahkan cinta, yang sebenarnya kita tak tak tahu maknanyaÂEgo kita yang bermain main, nafsu kehidupan kita yang menjajaki, hingga tapak berjejak. Tekanan tubuh yang menenggelamkan kaki kaki kecil hingga terlalu berat untuk melangkahÂ
Kita bagian kecil cerita cinta yang penuh janji, tak ingin ditinggal bahkan tak sanggup untuk terjauhkan. Hingga kita mengukirnya pada hati agar tak terhapuskanÂ
Genggaman kita semakin kuat seakan tak akan terlepas, tanpa kita sadari semua hanyalah semu semata, karena cinta yang kita gambarkan hanyalah segenggam pasirÂ
Semakin erat menggenggam, pasir itu perlahan akan habis, keluar melalui celah jemari yang kita ciptakan sendiri yang tersisa hanya butiran butiran halus sebagaimana cinta yang pernah kita agungkan.Â
Bila kutak mengenggam  karena kutahu genggaman itu tak bermakna. Membiarkan tetap berada pada tapak tangan terbuka.
Membiarkan angin meniupnya, matahari menyinari, hujan mengikis perlahan bahkan sang malam bergelumung dalam dingin, dia akan berada ditapak tanpa memaksa untuk ada.Â
Begitu pula rasa cinta yang pernah kau gemakan bahkan selalu kau bisikan hingga  hampir terlena pada ketidakpastian sedangkan ada yang selalu ada dalam lingkaran kehidupanÂ
Pasti, tanpa pernah meminta, tiada janji bahkan terkenan masa bodoh namun dialah yang akan bertahan tanpa perlu menggenggam.
Â
Ruang kosong, 06042021