Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mendengarkan Dongeng dan Tebakan Sembari Mencabut Uban

19 April 2021   17:50 Diperbarui: 19 April 2021   18:33 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpribadi. Rumah masa kecil penuh kenangan

Masa kecilku termasuk masa kecil yang bahagia, dengan keluarga yang penuh dengan keakraban, walau sedikit keras, keinginan orangtua yang menginginkan anak anaknya menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab dengan apa yang dipilih dan dikerjakan. 

Masih lekat dalam ingatan, bagaimana keluarga kami mengisi waktu menjelang berbuka, setelah semua selesai mengaji dan adik-adik mama menyiapkan menu berbuka.

Sedangkan kita duduk menemani papa sembari menonton tivi, waktu itu tivi yang kami punya masih layar hitam putih.

Sedangkan papa duduk di kursi rotan kerajaannya,  kursi yang tak pernah beranjak dari tempatnya. 

Dokpribadi.. kursi rotan saksi bisu  kebahagiaan  semasa kecil
Dokpribadi.. kursi rotan saksi bisu  kebahagiaan  semasa kecil

Sembari menunggu berbuka, papa sering bercerita atau  mendongengkan kisah si kancil, timun emas.

Isi dongeng yang bisa di jadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan atau sekedar tebak tebakan yang kalau dipikir sekarang tak masuk akal dan tidak nyambung.

Jujur kita bukanlah keluarga yang bebas bermain di luar rumah, sewaktu kecil paling jauh di halaman rumah bermain lompat karet,kelereng, palak babi dan sebagainya.

Papa lebih senang kita berada dalam rumah apa lagi dalam suasana Ramadhan kata papa lebih baik mengisi dengan kegiatan yang bermanfaat.

Bercerita tentang kehidupan papa di jaman dahulu, bagaimana kehidupan yang tak mudah karena saat itu papa hidup di empat jaman jaman Jepang, Belanda, Order lama dan Order baru.

Setiap anak mempunyai sejarah kehidupan dari kehidupan yang enak hingga kehidupan  yang tersulit dan berangsur membaik.

Kakak pertama hingga ketiga hidup dalam berkecukupan karena saat itu papa sebagai Opseter  di perusahaan PTBA. Sedangkan anak keempat dan ke tiga dalam kehidupan yang serba susah.

Seperti sebuah kapal di tengah samudera yang terombang ambing gelombang. Sedangkan aku dan adik bungsu hidup dalam orde baru, ekonomi keluarga mulai membaik. 

Setiap tahun Ramadhan di lewati dengan hal yang sama bercerita, tebakan dan mencabut uban papa. 

Tak seorang pun dari.kami anak anaknya bilang bosan atau lelah mendengar cerita yang selalu berulang hingga kami semua hapal jalan ceritanya.

Hingga rambut papa telah memutih semua tak satu pun dapat kami cabut lagi namun kenangan masah kecil itu terus melekat, apa lagi jika pulang dan tak mendapati papa duduk dikursi rotan itu lagi. 

Rumah yang penuh kenangan, rumah yang mengajarkan kami kasih dan sayang, yang mengajarkan kami untuk selalu perduli kepada keluarga dan orang lain. 

Rumah yang  mengajarkan untuk selalu berbagi dengan sekitar. Walau seperti terkekang dan terbelenggu dan terkesan tak bergaul, namun kami bahagia.

Walau tak bergaul sekalipun namun keluarga kami dikenal masyarakat, karena kebaikan mama dan ramahnya papa terhadap semua orang. 

Aku pernah bertanya, setiap bersepeda kalau papa berpapasan dengan orang lain akan turun dan menyapa. Kenapa seperti itu pa? Papa bilang kita harus menghormati  menghormati orang apa lagi pejalan kaki. 

Keteladanan yang di ajarkan papa dan mama yang selalu menjadi langkah kami adik beradik. Semoga papa dan mama serta kakak kakak bahagia di sana . Aamiin 

Palembang,19042021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun