Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dia Dulu Lamban Sekarang Super Hebat dan Gesit

11 April 2021   22:18 Diperbarui: 11 April 2021   22:22 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita dibesarkan dalam keluarga yang sama,  dididik dengan cara yang sama, namun dia terlahir menjadi anak  kedua dari tujuh bersaudara,  yang akhirnya posisi anak pertama jatuh ke tangannya karena kakak tertua bertahan hidup di usia dua belas tahun. Penyakit yang mematikan itu telah bersarang dalam hidupnya bertahun tahun.

Dari enam bersaudara, dialah satu satunya yang menyampai jenjang karier. Setamat SMP, dia meneruskan sekolah SPK di kota Palembang. Setelah lulus sempat bekerja di Puskesmas Bumi Sari  dan Ujan mas.   Kita adik adik tahu betul bagaimana dia kalau bekerja, lamban sekali dan kami memberinya gelar nona kebele (lamban). Urusan di rumah pun tak satu pun yang dia kerjakan karena pulang kerja sore dan capek. Mama selalu membela bila kita protes, dengan alasan "Uni kalian capek, baru pulang," alhasil semua pekerjaan hanya kita  yang mengerjakan. oh ya kita perempuan ada empat bersaudara dan laki laki dua bersaudara.

Setelah menikah dengan seorang laki laki teman kecil dan tetangga kita semasa kecil, dia  di boyong ke Jakarta dan bekerja di Jakarta. Sejak di Jakarta semua berubah 380 derajat, dari yang super lamban menjadi super gesit. Semua dia kerjakan, urusan rumah tangga, urusan anak hingga pekerjaan yang sebenarnya banyak menyita waktunya. 

Pekerjaan yang digelutinya adalah melayani orang orang yang sakit dan ingin berobat, ya dia seorang bidan yang bekerja di puskesmas dan klinik. Jarak antara rumah dan pekerjaan terbilang super jauh, dari Bekasi ke Jatinegara dengan menggunakan kereta api. Setiap pagi akan berdesak desakan hingga pulang sore pun berdesak desakan. Aku sebagai adiknya pun, melihatnya melakukan rutinitasnya setiap hati dari buka mata hingga menutup mata. Bisa dihitung berapa jam dia bisa tidur dengan tenang. 

Dokpribadi ig kakak saat tugas  melayani vaksin 
Dokpribadi ig kakak saat tugas  melayani vaksin 

Aku yang melihatnya, merasa sesak nafas, orang yang beranggapan menjadi wanita karier itu enak, bisa jalan jalan, tertawa tawa di luar rumah, bisa bertemu berbagai macam karakter orang. Orang yang beranggapan seperti itu salah. Risiko di luar rumah itu lebih berbahaya dibandingkan seorang ibu yang hanya di rumah saja. Tantangan yang dia jalani lebih besar dari seorang ibu atau istri yang memilih untuk di rumah semata merawat anak. Setiap hal yang menjadi pilihan mempunyai peranan dan tanggung jawab serta risiko yang berbeda.

Ketika dia letih, apa dia bisa beristirahat sejenak, sedangkan yang ingin berobat mengantre panjang. Sedangkan aku yang memilih di rumah masih bisa beristirahat sejenak dan bisa tiduran jika kantuk menyerang. Selama aku di Jakarta dan menginap di rumahnya. Aku melihat bagaimana dia berusaha membagi waktunya buat suami, anak anak dan pekerjaan. Sebelum subuh dia telah bangun menyiapkan sarapan dan bekal yang akan dibawa suami kerja dan bekal anak di sekolah, setelah sholat subuh dia kembali mempersiapkan diri untuk berangkat kerja,  mengejar kereta pagi agar tidak terlambat tiba di tempat kerja.

Apa yang terjadi di dalam  kereta. Dia akan berdesak desakan dengan penumpang pria (sebelum ada gerbong khusus wanita), saling sikut satu sama lain, perempuan yang dituntut menjadi seorang laki laki bila di dalam kereta. Begitu pula jika pulang kembali berlarian dan berdesakan agar bisa mendapatkan kereta pertama dan tiba di rumah sebelum suami pulang kerja.

Setiba di rumah, dia akan segera memasak untuk makan malam, setelah sholat  dia akan tertidur sejenak. Terkadang sembari cerita dia akan tertidur namun itu sejenak, terbangun segera ke atas untuk mencuci pakaian dan menunggu  tabung air terisi penuh, tak mampu membayangkan jam seharusnya kita tidur lelap sedang dia masih terjaga untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Di pertengahan kehidupannya, Allah memberi ujian yang teramat hebat, dia di fonis menderita kanker payudara, Namun dia tetap semangat menjalani semua tanpa mengeluh sedikit pun. Tidak merasakan apa yang telah di fonis oleh dokter, tetap menjalani hidupnya seperti biasa hingga di operasi dua kali dia tetap semangat dan melawan rasa sakitnya. 

Allah masih sayang dengan dirinya hingga Allah memberikan satu kado indah lagi. Tangannya patah, apa dia berdiam diri! Dia tetap semangat, tanpa menjalani operasi, membiarkan tangannya sembuh dengan sendirinya. Karena waktu itu tidak satu pun rumah sakit yang melakukan tindakan karena korona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun