Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Belum Usai (Berjuang Menyembuhkan Luka Batin)

6 Maret 2021   14:47 Diperbarui: 6 Maret 2021   15:15 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://www.gramedia.com/blog/5-tanda-bahwa-seseorang-memendam-luka-batin/amp/

" Bila bunda, telah melakukan hal yang terbaik namun belum juga di anggap bahkan menyebarkan fitnah yang tidak bunda lakukan, selama 21 tahun dan ini puncaknya. Tinggalkan bila ke ridohan  di sana tidak di dapat cari ke ridohan suami dan anak anak bunda saja itu sudah cukup, kembali menata hati agar tak ada dendam"

Rasa hormat, cinta kasih, sayang, yang pernah dia tawarkan tak pernah di anggap bahkan seakan diabukan bagian dari mereka. Namun ketika mereka tertimpa musibah, dia yang mereka cari.

Tak sedikitpun membalas dendam atau sumpah serapah, tetap diam dengan jaga jarak, untuk tidak perduli, tidak memperdulikan lagi, terserah kasarnya. Namun dari  hati kecil yang terdalam menangis dan mempertanyakan pada diri," kenapa  menjadi orang yang jahat, bukankah orang tua tak pernah mengajarkan jahat, membantah apa lagi berkata ah," 

Begitu dalam luka hati dengan memaafkan tak mampu menghapus, selalu terkenang. Andai tangan ini mampu berkata, mungkin ia akan berkata bagaimana tangan ini melakukan semua yang mesti dilakukan seorang anak terhadap sosok yang dianggapnya ibu.

Bagaimana dia mengorbankan waktu bersama suami dan ibadahnya semata untuk seseorang yang di anggap ibu, tapi apa yang dia dapat dari semua itu hanya luka bathin dan perih yang teramat sulit dia lupakan. Beda ketika dari tahun ke tahun yang lalu begitu mudah dia melupakan  semuanya.

Bukankah seharusnya sepulang dari tanah suci kita mendapatkan sejuta kebaikan, kenapa dengan dia tidak.? Tak cukupkah bukti baktinya?  Tak cukupkah pengorbanan dirinya selama bertahun tahun?

Allah terlalu sayang pada dia hingga dia terus diberi kado . Semoga cerita ayahanda  Tjadra dan bunda  Ros yang bisa melewati kesulitan cobaan hidupnya dengan baik hingga sekarang mereka tinggal memetik buah dari jerih payah mereka selama bertahun tahun. 

Setiap membaca tulisan ayahanda dan bunda membuat dia merasa dalam pelukan  orang tua kandungnya yang telah pergi 20 tahun yang lalu. Membaca tulisan ayahanda dan bunda membuat dia kembali bangkit dari keterpurukan panjangnya. 

Ya.. yang ada di otaknya hanyalah kesehatan suami  untuk sama sama melewati  semua, saling menguatkan dan menghantarkan anak anak pada kesuksesan dunia dan akherat. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah anak anak dan suami sebagai penguat melewati kejamnya dunia. 

Tanpa memperdulikan apa kata mereka, berlaku sewajarnya tanpa menghilangkan kewajiban seorang anak terhadap ibunya. Tak ingin suami menjadi anak durhaka.pada ibunya hanya karena hati istrinya terluka.

Tanpa menuntut untuk dibela, menjadi saksi setiap kejadian di tanah suci_ Nya. Membiarkan semua dan menunggu jawaban dari Allah atas apa yang dituduhkan terhadap dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun