Pagi disambut  nabastala yang menangis, aura tanah yang mengering terus terpancar disela sela jendela, Ambu tanah yang gersang semakin menyebar.
Tangis sang  nabastala semakin memilukan, rasa takut kembali hadir, menarik selimut rerumputan sembunyi di balik hangatnya
Ternyata malam membawa aku pada kisah luka, pada shyam yang mencekam, serayu  membuat bulu kuduk berdiri
Harsa yang kau beri hanya sejenak, hancur seketika, saat kau  menepis pada labuhan hati, kau hentakan kecewa pada luka lara
Uluran kata mampu mengobati luka, bangkit dan berlalu tak ingin ada hati yang.terluka, maaf bila kata terlalu kasar karena kutahu hati dara.
Biarkan aksa berkata pada bagaskara bahwa atma telah kosong, meninggalkan jejak terdalam. Hirap hati karena  terlena pada ayunan kata yang terlontar dari kemurkaan
Pergilah, sebelum amarahku menombak, pergilah dalam lukamu, ku tak ingin ada yang terluka.
Palembang,281020
Nabastala (angin), shyam (kegelapan malam), serayu ( hembusan angin), Harsa ( kegembiraan) bahaskara ( matahari), atma (jiwa), hirap ( hilamg)