Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sesal

28 Oktober 2020   22:00 Diperbarui: 29 Oktober 2020   04:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi disambut  nabastala yang menangis, aura tanah yang mengering terus terpancar disela sela jendela, Ambu tanah yang gersang semakin menyebar.

Tangis sang  nabastala semakin memilukan, rasa takut kembali hadir, menarik selimut rerumputan sembunyi di balik hangatnya

Ternyata malam membawa aku pada kisah luka, pada shyam yang mencekam, serayu  membuat bulu kuduk berdiri

Harsa yang kau beri hanya sejenak, hancur seketika, saat kau  menepis pada labuhan hati, kau hentakan kecewa pada luka lara

Uluran kata mampu mengobati luka, bangkit dan berlalu tak ingin ada hati yang.terluka, maaf bila kata terlalu kasar karena kutahu hati dara.

Biarkan aksa berkata pada bagaskara bahwa atma telah kosong, meninggalkan jejak terdalam. Hirap hati karena  terlena pada ayunan kata yang terlontar dari kemurkaan

Pergilah, sebelum amarahku menombak, pergilah dalam lukamu, ku tak ingin ada yang terluka.

Palembang,281020

Nabastala  (angin), shyam (kegelapan malam), serayu ( hembusan angin), Harsa ( kegembiraan) bahaskara ( matahari), atma (jiwa), hirap ( hilamg)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun