Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Risalah

21 November 2019   20:33 Diperbarui: 21 November 2019   20:36 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada yang lupa mematikan senyummu Ketika paras kuyu itu membuncah. Keringat dingin menggambarkan senja tanpa pelangi atau pun hujan tanpa kata Lalu semburat lengkung jingga adalah sisa cahaya peraduan dua jiwa yang menganga di cerca musim dingin yang menggigilkan roh ku

Senyum terkatub bahkan telah menterjemahkan pikirannya menjadi buaian fana . Fiksi pun bermain di pelangi saat semburat buyar pada satu fiksi merenggangkan pada dua jiwa

Perca perca kehidupan berubah menjadi siluet meledakan satu Palung melekatkan satu jiwa, gulita menanarkan mata hingga menghilangkan kesadaran diri

Oh jiwa jiwa terlunta masukan aku ke dalam sunyi doa doa, hanyutkan aku pada bulir tangis mereka lengkapkan mereka dalam jarak tembakku dan meledaklah

Palembang, 21112019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun