Hari hari bagai aliran kehidupan. Terkadang nafas dihembuskan dan tak berhembus, setiap tarikan itu bermakna sama seperti kita sama sama membelakangi wajah. Melangkah satu demi satu langkah walau berat tapi itu adanya.
Pada hitungan sepuluh langkah terhenti dan berbalik, menatap jauh, rasa itu tak bisa dibohongi, langkah kecil berubah lari menuju rindu, peluk tangis mewarnai hati
Kembali membelakangi diri hingga siluet muncul menutupi, menatap punggung mu hilang dari pandangan. Bulir bulir ini kembali menggenang  hingga mengaliri  di sela sela  pori pori wajah. Berat! Berat ketika membelakangi sebuah rasa
Tubuh lunglai tak berdaya, nafas pun tersengal, dada pun terhimpit. Berat! Ketika nyata harus dihadapi. Dalam satu tatapan rindu ini tak pernah pupus. Luas samudera, mebentangnya gurun tak akan mengubahnya
Di sini di hati kita. Dalam raga sentuhan jiwa, seperti air dan minyak tak akan menyatu. Biar.. biarkan ia menjadi palung rindu. Lepaskan seperti fiksi Laik kah ini? Tak perlu kau jawab karena kita tahu jawabnya
Â
Palembang,12112019