Mohon tunggu...
Nok Asna
Nok Asna Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Senja dan Sastra.

Penikmat Senja dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Toraja dalam Empat Babak

24 April 2019   14:53 Diperbarui: 25 April 2019   04:50 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah cukup puas melihat pemakaman ala Toraja, hari ini saya ingin melihat Makale dari atas bukit. Pergilah saya ditemani kawan menuju Buntu Burake. Sekitar jam 11.00 kami berangkat menuju bukit yang jalannya sudah mulus dan berkelok-kelok seperti spiral. Buntu berarti bukit. Sampainya di lokasi nampak pengunjung sudah mulai berdatangan. Hari itu bertepatan dengan Jum’at Agung, sehingga pengunjung agak ramai. Saya melihat patung Yesus tegap berdiri. Saya bisa melihat Makale dari atas bukit.

Buntu Burake (Dokumentasi pribadi)
Buntu Burake (Dokumentasi pribadi)
Setelah saya ambil beberapa foto, saya mencoba jembatan kaca yang baru dibangun. Tiket untuk masuk jembatan kaca harganya 50 ribu. Saya diminta memakai semacam sandal agar tidak licin dan sebagai tanda kalau saya sudah membayar tiket masuk. 

Pertama menginjakkan kaki di jembatan kaca rasanya dag-dig-dug, apalagi kalau melihat ke bawah. Namun, setelah saya menarik napas dalam, kaki melangkah dengan normal seperti di jalanan biasa.

Buntu Burake (Dokumentasi pribadi)
Buntu Burake (Dokumentasi pribadi)
Saya berkeliling bukit melihat Buntu Burake dari segala arah. “Toraya Maelo”, tulisan itu bermakna Toraja Bagus. Bagi saya, Toraja itu indah, unik, dan menenangkan dengan hawa dinginnya.

“Toraya Maelo”, tulisan itu bermakna Toraja Bagus (Dokumentasi pribadi)
“Toraya Maelo”, tulisan itu bermakna Toraja Bagus (Dokumentasi pribadi)
Setelah berkeliling Buntu Burake dengan setengah berlari karena kawan mau pergi sembahyang Jum’at, saya memutuskan untuk turun bukit.

Destinasi selanjutnya adalah agrowisata Pango-Pango. Jalanan menuju ke Pango-Pango berkelok-kelok bak spiral yang sungguh bikin mules. Kami naik menggunakan motor matic. Saya sudah khawatir motor tidak akan kuat menanjak. Ada beberapa titik jalanan belum mulus. Jalanan masih bebatuan apalagi sehabis longsor. Setelah menahan mules, akhirnya sampailah di bumi Pango-Pango di atas langit Toraja.

Bumi Pango-Pango di atas langit Toraja (Dokumentasi pribadi)
Bumi Pango-Pango di atas langit Toraja (Dokumentasi pribadi)
Udara di sini sangat dingin, apalagi saya tidak memakai baju tebal. Nampak di beberapa sudut ada tenda yang didirikan oleh sekelompok orang. Pango-Pango memang biasa dipakai untuk berkemah ria. Listrik dan toilet juga sudah tersedia buat para pengunjung. Beberapa villa di sekitar Pango-Pango juga disewakan untuk pengunjung. Agrowisata ini sangat cocok untuk sejenak melarikan diri dari kebisingan dan polusi udara.

Villa di Pango-pango yang disewakan untuk pengunjung (Dokumentasi pribadi)
Villa di Pango-pango yang disewakan untuk pengunjung (Dokumentasi pribadi)
Sayangnya, saya masih melihat pengunjung membuang sampah tidak pada tempatnya. Sampah berserakan mengurangi keindahan bagi mata yang memandang.

Babak Ketiga

Sabtu merupakan hari pasar di pasar Bolu. Pagi itu saya ditemani kawan naik angkot menuju Rantepao untuk melihat pasar hewan. Saya penasaran dengan tedong bonga (kerbau bule) yang harganya fantastis mencapai ratusan juta rupiah. Angkot di Toraja ada yang memakai mobil macam Toyota, dan sebagainya, tapi sudah berplat kuning. Naik angkot berasa naik mobil pribadi. Harganya juga sangat terjangkau menurut saya (dari Makale ke pasar Bolu saya membayar 15 ribu rupiah saja). FYI, layanan ojek online sudah ada juga di Toraja.

Pasar hewan nampak sudah ramai. Kerbau sudah berjejer rapi. Saya takjub ketika melihat kerbau bule yang gagah nan bersih. Pengen saya sentuh tapi takut ditendang. Saya sempat mengobrol dengan bapak yang sedang menjajakan kerbaunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun