Mohon tunggu...
ASMUNGI
ASMUNGI Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN TEKNIK INDUSTRI UNTAG SURABAYA

DOSEN TEKNIK INDUSTRI UNTAG SURABAYA

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemodelan Persediaan Independen dengan Model Deterministik

14 Maret 2022   11:56 Diperbarui: 14 Maret 2022   12:07 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Salah satu alasan utama perusahaan untuk memiliki persediaan adalah agar perusahaan bisa membeli dan atau memproduksi dalam jumlah yang ekonomis. Bab ini akan membahas kumpulan kasus-kasus model deterministik yang digunakan langsung ke kondisi dimana demand uniform. Model-model ini akan menetukan ukuran lot yang ekonomis (kebijakan persediaan yang optimal) untuk barang-barang yang independent, apakah barang itu dibeli dari vendor atau diproduksi sendiri. 

Untuk menentukan kebijakan persediaan yang optimal, informasi tentang masing-masing parameter berikut sangat diperlukan: 

  1. Hasil peramalan permintaan. 
  2. Biaya persediaan. 
  3. Waktu tunggu (lead time). 

Dalam model deterministic, semua parameter dan variable diketahui atau dapat dihitung dengan pasti. Laju permintaan barang dan biaya persediaan dianggap diketahui dengan pasti. Penambahan waktu tunggu (lead time) juga dianggap konstan dan tidak tergantung pada demand. Pada realitanya sebenarnya jarang dijumpai persoalan persediaan yang dapat diuraikan dengan pendekatan deterministik, dan akan realistis jika digambarkan dengan pendekatan probabilistik, yaitu dengan menggunakan model-model stokastik, dimana beberapa atau bahkan semua varibel bersifat probabilistik. Namun sebagai langkah awal, model deterministik seringkali bisa lebih baik menjelaskan fenomena persediaan. Biasanya akan lebih mudah bekerja secara analitis dengan model-model persediaan jika ternyata variabel-variabelnya bersifat kontinyu. Dalam kasus dimana permintaan persediaan cukup tinggi, variable dapat dianggap kontinyu, dengan demikian memungkinkan untuk menggunakan turunan/derivatif sebagai cara mendapatkan kebijakan optimal. 

Dua pertanyaan mendasar yang diajukan ke system persediaan manapun, yaitu berapa banyak dan kapan pemesanan dilakukan ?. Jawaban atas petanyaan ini 76 tergantung pada alamiah permintaan persediaan dan parameter yang digunakan untuk mendefinisikan sistemnya. Seperti telah diuraikan sebelumnya, jumlah permintaan yang tertentu yang deterministik dianggap diketahui atau dapat dihitung dengan pasti dan kontinyu. Dengan begitu jumlah barang yang sama (berapa banyak) selalu dipesan dan waktu antar pesan (kapan) tidak diharapkan bervariasi. Tingkat persediaan ditinjau secara kontinyu dan kapanpun posisi persediaan mencapai titik tertentu yang telah ditentukan, maka pesanan dalam jumlah tertentu dilakukan. Sehingga ada dua parameter penting dalam pendefinisian system persediaan, yaitu titik pesan ulang (reorder point) B dan ukuran pemesanan (lot size) Q. Sistem dengan ukuran pemesanan dalam jumlah tertentu (fixed size order) disebut dengan Q-system. Menyangkut pertanyaan seberapa banyak ukuran pesanan yang dilakukan selalu diharapkan bahwa ukuran pesanan itu adalah ukuran yang dapat meminimalkan biaya persediaan total dan ukuran yang demikian dikenal sebagai jumlah pesanan yang ekonomis (economic order quantity-EOQ). 

Adapun Backorder adalah permintaan yang belum terpenuhi dan akan dipenuhi kemudian, akan tetapi dengan waktu tunggu yang lebih panjang dari pada semestinya. Dalam situasi backorder, perusahaan tidak kehilangan penjualan meskipun kondisi persediaan dalam keadaan stockout, karena konsumen bersedia menunggu untuk bisa mendapatkan pesanannya meski harus menunggu hingga realisasi pesanan berikutnya. Backorder bisa melibatkan/meliputi pemercepatan pesanan (penanganan pesanan khusus) yang lebih mahal dari pada proses pemesanan regular. Ini bsa membutuhkan sumber daya eksternal alternative dengan harga premium atau lebih mahal untuk lead time yang lebih pendek. Jika backorder sangat mahal, maka kemungkinan besar backorder tidak pernah terjadi. Jika tidak ada biaya yang terkait dengan terjadinya backorder, tidak ada persediaan yang akan disediakan. Namun ada jarak menengah dari biaya backorder dimana optimal untuk dikenakan beberapa backorder ke depan menjelang akhir siklus persediaan. Dalam perlakuan backorder ini dianggap bahwa semua kekurangan akan terpenuhi dari pengapalan barang berikutnya. Ini dirujuk sebagai captive demand 82 sebagai lawan pada situasi dimana permintaan yang tidak terpenuhi hilang sebagian atau keseluruhan. Bila biaya persediaan habis (kekurangan) terbatas, seluruh keuntungan ekonomis bisa diperoleh dengan mengijinkan stockout. Dalam banyak kasus, peningkatan biaya karena penerimaan kekurangan persediaan adalah lebih banyak dari pada dikompensasi dengan pengurangan biaya simpan. 

Hasil penting dari analisis persediaan deterministik adalah realisasi bahwa jumlah pesanan ekonomi tidak berubah secara langsung dengan permintaan tetapi sebagai akar kuadrat dari permintaan. Hubungan nonlinier ini dapat menjelaskan mengapa banyak organisasi mengalami masalah persediaan. Kebijakan inventaris yang intuitif dirusak oleh nonlinier yang sulit dipahami. Ada beberapa hal yang menikmati masa depan yang telah ditentukan sebelumnya. Kehabisan (kekurangan) tidak diperbolehkan ada atau dipesan kembali dan dipenuhi ketika pengisian kembali diterima. Keterbatasan dan kekurangan ini tidak disorot sebagai upaya untuk mencegah penggunaan model dasar. Justru sebaliknya, pemahaman yang lebih baik tentang halhal yang relevan dapat meningkatkan penggunaan model dalam jangkauan penerapannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun