Mohon tunggu...
Asmuddin
Asmuddin Mohon Tunggu... lainnya -

www.asmuddin.blogspot.com Belajar Menulis "Jika tidak bisa turun ke jalan, melawanlah dengan TULISAN"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Pemikiran Karl Marx" dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Sebuah Resensi)

30 Desember 2016   17:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:34 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sulit membayangkan akan seperti apa  Karl Marx  tanpa kehadiran seorang sahabatnya Friedrich Engels. Apakah dia akan se terkenal sekarang atau pemikirannya akan tenggelem seperti pemikir-pemikir sosialis revolusioner yang se era dengannya? Pernyataan ini bukan hanya karena peran vital Engels dalam merampungkan dan menerbitkan Das Kapital yang oleh banyak orang disebut sebagai karya paling monumental dari Karl Marx. Tapi lebih dari itu, sejak tahun 1860-an, Engels mampu menyediakan kiriman uang bulanan tetap bagi Marx, sehingga 20 tahun terakhir keluarga Marx relatif bebas dari kesulitan ekonomi.`Hanya dengan Engels lah persahabatannya tetap bertahan, di saat hubungannya dengan hampir semua teman seperjuangan lama-kelamaan ambruk. 

Sebagai seorang filsuf, pemikir sosiologi dan ekonomi, karyanya dipuja, dikaji, dan diperdebatkan oleh banyak orang, pemikirannya mampu menggerakan dan menjadi ideologi banyak orang yang mewarnai sebagian besar belahan dunia sampai abad ini. Tapi tidak demikian dengan kehidupan pribadinya, Karl Marx kurang beruntung. Walaupun kehidupan keluarga dengan istrinya cukup bahagia, mereka terus menerus didera kemelaratan , bahkan sering kurang makan. Salah seorang anaknya mati karena kurang makan. Marx tidak mempunyai pendapatan tetap, hanya karena kiriman uang dari Engels lah mereka dapat bertahan. Tahun-tahun terakhir hidupnya sepi. Waktu ia meninggal pada tahun 1883, hanya delapan orang yang berdiri di sampingnya.

Demikian sedikit penggambaran sosok Karl Marx dalam buku "PEMIKIRAN KARL MARX, Dari Sosiologisme Utopis ke Perselihan Revionisme yang ditulis oleh Franz Magnis-Suseno dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Buku ini pertama kali terbit di tahun 1999 dan dicetak serta diterbitkan kembali (cetakan kesepuluh) pada bulan Oktober 2016.

Meskipun kata pengantarnya dibuat di tahun 1999, atau berjarak  kurang lebih satu tahun dari runtuhnya rezim Soeharto, dan masih dengan  kata pengantar yang sama di edisi cetakan kesepuluhnya di tahun 2016, apa yang menjadi maksud Franz Magnis-Suseno dalam menulis buku ini masih sangat relevan "ingin membuka tabu" Ya, sebagaimana diketahui, pemikiran Karl Marx dan para pemikir yang se aliran dengannya adalah sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan, dibaca, dan diwujudkan dalam bentuk tulisan pada era itu. Era ini pun, yang berjarak kurang lebih 18 tahun dari era Soeharto, perbincangan mengenai Marx masih sering diadili dan dituduh sebagai sesuatu yang layak untuk dicurigai dan diberangus. "Marxisme", karena dilebih-lebihkan, telah menjadi momok yang menakutkan sebagai sarana pembebasan umat manusia dari ketidak adilan maupun sumber segala subversi"

Buku yang terdiri atas 292 + xvi terdiri atas 12 bab menjelaskan pokok-pokok pemikiran Marx secara objektif dan kritis. Di samping menguraikan dan menelusuri pokok-pokok pikiran Marx, juga menguraikan secara panjang lebar mengenai pemikiran soliasis yang lahir jauh sebelum Marx" yang oleh penulis disebut "Sosialisme Utopis" dan diberi titel "Sosialisme Purba" dengan tokoh awal seperti Euhemeros dan Jambulos (abad ke-5 SM).

Penggambaran mengenai riwayat hidup Marx, pengaruh Hegel terhadap pemikiran filsafatnya yang kemudian dikritiknya, kritiknya terhadap Feuerbach, serta bagaimana Marx bertumbuh menjadi seorang sosialis, gagasan-gagasannya tentang keterasingan dalam pekerjaan, teori kelas, kapitalisme dan sosialisme, serta Marxisme menjadi pandangan dunia kaum buruh diterangkan pada bab-bab selanjutnya. Uraian terakhir sebelum masuk pada bagian penutup, Franz Magnis-Suseno menguraikan beberapa perkembangan di luar aliran Marxisme Ordotoks seperti : anarkisme, sindikalisme, tokoh-tokoh independen Marxisme, serta Austromarxisme.

Meskipun  saat ini ideologi Marxisme sudah mulai ditinggalkan dan dianggap barang yang sudah usang, negera-negara yang mengklaim sebagai negara komunis tidak lagi dapat dibedakan dalam praktek ekonominya dengan negara kapitalis. Banyak dari teori Karl Marx yang mulai ditinggalkan dan hanya menarik untuk dikaji secara historis dan tidak lagi menarik secara sistematis, tapi pemikirannya terkait dengan cita-cita emansipasi, dan kritik terhadap eksploitasi manusia oleh manusia tampak tetap aktual. Demikian Franz Magnis Suseno menutup halaman terakhir dari bagian penutup buku ini.

Bagi yang ingin mempelajari dan mengetahui seperti apa perjalanan, pemikiran dan apa yang diajarkan Karl Marx, buku karya Franz Magnis Suseno sangat direkomendasikan untuk dibaca. Buku ini akan memberikan pemahaman (setidaknya dalam persfektif penulis buku) seperti apa itu Marxisme dan apa yang menjadi latar belakang dibalik lahirnya pemikiran-pemikiran Marx. Dengan membaca buku ini, kita akan dapat mengambil sikap dan memberikan penilaian secara obyektif terhadap Karl Marx, Marxisme, dan Komunisme itu sendiri.

Makassar,    Penghujung Desember 2016

Twitter : @asmuddin1

Tulisan juga dapat dibaca di Lapak Aksara.Com (www.asmuddin.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun