Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Konsep Agama Fiksi dan Ilmu Fisika Modern

18 April 2018   23:10 Diperbarui: 20 April 2018   04:29 4333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: apod.nasa.gov

Perdebatan dan perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam ilmu pengetahuan. Perbedaan itu disebabkan perbedaan latar belakang ilmu, tingkat pemikiran, pengetahuan serta dasar logika dari pemikiran masing-masing individu. Suatu hal yang fiksi bisa menjadi ilmiah untuk orang lain, begitupun sebaliknya.

Fiksi sendiri dalam etymology dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada dibayangan, dibuat-buat dan tidak benar.

Kalau mengacu pada definisi itu artinya ada subjek yang menjadi pelaku yang membayangkan, membuat sesuatu 'ide' atau 'pemikiran' yang menurutnya benar akan tetapi kebenaran itu subjektif dan berkondisi untuk orang lain. Atau dengan kata lain, kebenaran itu bisa jadi bukan kebenaran untuk orang lain.

Permasalahannya adalah jika kebenaran itu dipaksakan secara mentah-mentah tanpa diberikan alasan ilmiah bahwa 'ide' dan 'pemikirannya' itu benar.

Di setiap bidang ilmu pengetahuan, apapun itu, tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada adalah perbaikan dan revisi dari ilmu pengetahuan (teori) yang ditemukan oleh penemu dan pemikir-pemikir sebelumnya.

Teori mereka kemudian disempurnakan oleh generasi selanjutnya atau bisa saja teori tersebut dibantah dan dibentuk teori baru. Pada prosesnya yang salah adalah menolak teori tersebut tanpa dasar ilmiah, atau hanya didasari oleh emosi semata.

Ini juga berlaku pada konsep teori kebenaran. Kebenaran dalam bahasa adalah suatu yang sesuai dengan kenyataan atau fakta, atau kepercayaan yang diterima sebagai suatu kebenaran.

Artinya kebenaran sendiri bersifat relatif, tergantung dari dasar logika dari individu tersebut. Karena prinsip relativitas tersebut, tidak boleh satu individupun memiliki hak untuk memaksakan 'kebenaran' atau pemikirannya kepada orang lain, tetapi ia memiliki hak untuk menjelaskan pemikiran tersebut.

Fiksi adalah dasar pengetahuan

Esensinya, semua pengetahuan berasal dari proses pemikiran, revisi, perubahan, percobaan yang pada awalnya berasal dari hasil imajinasi dari pemikiran seseorang. Tidak ada yang salah dengan konsep fiksi atau non-fiksi. Karena fiksi adalah sesuatu yang belum terjangkau pembuktiannya oleh manusia.

Sekali lagi saya katakan belum, artinya ada kemungkinan bahwa dimasa yang akan datang hal itu bisa dibuktikan secara ilmiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun