Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beras Impor dan Nasib Petani

15 November 2015   22:27 Diperbarui: 15 November 2015   22:27 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beras, sejatinya berfungsi sebagai makanan pokok rakyat negeri ini, bila ditanak dengan benar akan menjadi nasi, jika salah  mengerjakannya bisa menjadi bubur atau lontong, yang keduanya masih dapat disantap sebagai pengganjal perut menjelang makan siang.

Tapi kini Beras mulai bergeser menjadi bahan perdebatan hangat antara elite bangsa ini,  Mentan telah memastikan sepanjang tahun 2015 ini pemerintah Indonesia tidak akan melakukan impor Beras. Persediaan beras aman sampai akhir tahun. Bahkan dia menyebutkan ini sebagai langkah maju dalam kecepatan peningkatan produksi pangan. Sebab tahun sebelumnya Indonesia masih mengimpor 800 ribu ton beras.

Dalam suatu kesempatan Presiden juga menegaskan tidak perlu impor Beras, stok kita cukup menjelang musim panen yang akan datang. "Feelling saya mengatakan ada yang mau bermain agar kita impor. Saya sampaikan tidak ada impor karena sebentar lagi kita akan panen."  Kata Presiden waktu itu.

Sebaliknya wapres menyebutkan bahwa Beras Impor sudah masuk ke Indonesia, bukan hanya di Jakarta, tapi juga di pelabuhan yang lain (11/11/2015). Menurut Wapres, impor beras tidak bisa dihindari karena berbagai macam faktor. Seperti El Nino dan faktor ketidaksiapan infrastruktur pertanian. Faktor yang lain, JK menilai data beras dari Badan Pusat Statistik (BPS) tidak bisa dipertanggungjawabkan.

JK memperkirakan masa panen gabah menjadi mundur dan persediaan beras untuk tahun depan berkurang. Untuk menjaga agar stok Beras tetap tersedia dan menjamin harga beras tidak naik,  maka dilakukan impor Beras, jadi pertimbangannya demi kepentinga publik bukan karena ingin menjaga citra satu orang.

"Jangan sampai demi pencitraan malah tidak dilakukan impor dan rakyat jadi korban," ujar JK sebagaimana yang dikutip oleh beberapa media.

Informasi tentang Beras impor ini memang simpang siaur, Menko Perekonomian pada 9 Nopember yang lalu menyebutkan  “kita tidak perlu khawatir, karena impor Beras belum masuk. Jadi atau tidaknya impor beras tergantung pada musim tanam, jika jadwal musim tanam pada tahun ini tidak terganggu maka impor Beras tidak diperlukan”.

Ucapan Menko Perekonomian itu seakan dibantah oleh berita yang menyebutkan pada 4 November lalu beras dari Vietnam sudah masuk di Manado, Sulawesi Utara, sebanyak 4.800 ton. Kemudian disususl pula melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, beras dari Vietnam sudah masuk sebanyak 27 ribu ton pada tanggal 11 November yang lalu.

Kenyataannya memang demikian, beras Vietnam kini sudah sampai di gudang-gudang Bulog. Menurut Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti Beras impor dari Vietnam tersebut masuk sebagai tambahan stok Beras yang saat ini berjumlah 1,6 juta ton. Stok sebanyak itu memang cukup aman untuk konsumsi sampai akhir tahun.

Menteri Perdagangan, Thomas Lembong juga menejelaskan masuknya 27 ribu ton beras impor dari Vietnam ini merupakan tahap awal. Pemerintah telah memutuskan, akan mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton, yang didatangkan dari Vietnam dan Thailand. Artinya impor Beras ini akan terus berlanjut.

Beras, memang merupakan kebutuhan pokok bagi rakyat Indonesia, namun bagi sekelompok orang yang pandai memanfaatkan situasi, Beras bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan keuntungan besar, justeru itulah diperlukan keterampilan khusus untuk mendapatkan lisensi impor Beras dari pihak yang berwenang. Perebutan Lisensi Impor Beras ini barangkali yang menjadi faktor penyebab timbulnya perbedaan tajam antara elite bangsa ini sehingga mencuatlah perdebatan panjang dalam menentukan sebuah keputusan penting, jadi atau tidaknya impor Beras dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun