Pada masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014 silam, terdengar lantang suara Jokowi menyatakan, "petani harus dimuliakan." Oleh karenanya jika terpilih sebagai presiden dia akan menghentikan Impor Beras, Impor Daging, Impor Kedelai, Sayur, Buah-buahan, dan Impor Ikan, alasannya sederhana sekali "karena kita  (Indonesia) punya semua itu, dan berlimpah-ruah.
Kalau disimak dari pidato-pidato kampanye Capres Jokowi ketika itu, sangat besarlah harapan kita, petani akan menikmati hidup tenang dan sejahtera, mendapat perlindungan seutuhnya dari pemerintah dan gairah bercocok tanam akan tumbuh subur kembali. Dan inilah saatnya kita mengembalikan masa jayanya negeri ini yang pernah swasembada Beras.
Memasuki tahun 2018, tiba-tiba terdengar lantang menteri Perdagangan berteriak minta agar Pedagang melempar stok beras kepasar, pedagang dihimbau agar tidak menimbun Beras digudangnya. Teriakan menteri ini mengesankan bahwa Beras sedang menghilang dari pasar.
Menghilangnya Beras dari pasar akan berbuntut kenaikan harga, jika harga Beras naik rakyat akan menjerit, maka dengan alasan untuk menekan harga beras pemerintah memutuskan untuk melakukan impor Beras sejumlah 500 ribu Ton, waw.
Kebijakan itu terasa janggal dan menuai kritik dari banyak pihak, sebab pada akhir tahun lalu Menteri Pertanian  mengungkapkan bahwa stok Beras kita banyak, cukup sampai bulan Februari mendatang, dan tidak berapa lama lagi Petani akan panen raya.
Terjadi kesimpangsiuran informasi antara  Menteri Perdagangan dengan Menteri Pertanian, mana yang benar rakyat tak tau, tapi yang jelas kebijakan impor Beras itu membuat para petani berteriak, sebentar lagi mereka akan PANEN, dan pada saat itu pula Beras sedang melimpah rtuah dipasar, lalu mau dilempar kemana hasil panen mereka.
Pertanyaan inilah yang menghantui benak Petani, katanya dulu waktu kampanye kalau Jokowi jadi Presiden Petani akan dimuliakan, buktinya sekarang malah disakiti. Dulu katanya Presiden akan menghentikan Impor Beras, ternyata disaat petani akan Panen pemerintah malah memutuskan untuk mengimpor Beras.
Seakan ingin menjawab pertanyaan diatas, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, menjelaskan impor beras tersebut untuk keperluan lain, bukan untuk kepentingan umum. Mungkin yang dimaksud dengan kepentingan lain dari umum ini adalah untuk kebutuhan Hotel dan restoran besar, jika benar demikian, untuk apa pemerintah bersusah payah menjaga stabilitas harga, karena kepentingan Hotel dan Restoran tidak menyangkut kepentingan rakyat secara keseluruhan, itu hanya kebutuhan kalangan tertentu saja.
Selain itu juga  jumlah 500 ribu Ton Beras yang diimpor itu terlalu banyak, tidak mungkin akan terserap semua oleh Restoran dan Hotel, dikhawatirkan nantinya melimpah kepasar dan menyebabkan harga Beras petani menjadi anjlok, sementara dengan harga yang sekarang ini sajahidup Petani kita masih terseok-seok, apalagi jika ditimpa dengan Beras Impor tentu akan parah lagi, bukannya hidup sejahtera dan mulia, tapi malah makin sengsara.