Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berteduh di Bawah Pohon Beringin

14 Desember 2017   12:42 Diperbarui: 14 Desember 2017   12:46 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rapat pleno DPP Partai Golkar akhirnya memutuskan Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar definitif mengantikan Setya Novanto. Keputusan ini diambil dalam rapat yang berlangsung alot dan diwarnai mundurnya Azis Syamsudin dalam perebutan kursi pucuk pimpinan Golkar.

Keputusan Rapat pleno ini tentunya membuat lega sebagian besar kader Golkar yang sejak awal menginginkan perubahan, terlebih setelah Setya Novanto, ketua umum Partai ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka untuk yang kedua kalinya.

Novanto, walaupun sudah berstatus sebagai tahanan, namun dia tetaplah seorang Ketua Umum, dan bisa mengendalikan partai secara syah. Untuk itulah barangkali dia membuat kebijhakan dengan menunjuk Aziz Syamsuddin sebagai penggantinya ketika  dia menyatakan mundur dari ketua DPR. Keputusan itu syah adanya, dan ditandatangani oleh ketua dan sekejen Partai, namun menimbulkan riak kecil ditubuh Partai,  dan berujung pada penolakan sebagian besar anggota Fraksi Golkar di DPR.

Penetapan tersangka terhadap Novanto berdampak pada tingkat elektabilitas Golkar, kepercayaan public jadi menurun, nama baik partai jadi tercoreng. Dan terlebih lagi dimedia social bertebaran meme yang menyudutkan sang ketua, para pemegang kepentingan dan segenap kader Golkar tentu tidak ingin pimpinannya menjadi bahan olok-olokan, dan bila keadaan ini terus berlanjut bukan tidak mungkin akan membuat Golkar akan terpuruk dan sulit bangkit menghadapi tahun -- tahun politik kedepan. Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan oleh sesepuh Golkar seperti Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla.

Untuk itulah barangkali demi menyelematkan nama besar partai, keputusan harus diambil dan ketua umum harus diganti. Kerindangan Pohon Beringin harus tetap dijaga, agar seluruh kader golkar bisa nyaman berteduh dibawahnya, maka rapat pleno memutuskan, menetapkan Airlangga sebagai ketua umum.

Setelah rapat pleno memutuskan Airlangga menggantikan Novanto sebagai Ketua Umum, bukan berarti masalahnya selesai, penetapan itu masih sangat premature, masih bisa dipersoalkan oleh pihak-pihak yang mungkin memiliki kepentingan atas jabatan tersebut. Masih ada dua tahap lagi yang harus diselesaikan oleh Airlangga, yakni Rapim dan Munslub.

Rapim akan memutuskan kapan saatnya Munaslub, dan Munaslub akan melakukan pengesahan Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Golkar secara definitif, namun tidak tertutup kemungkin saaat Munaslub berlangsung isunya jadi berkembang, sehingga terjadi pemilihan Ketua Umum yang akan diikuti oleh beberapa calon.

Kemungkinan itu bisa saja terjadi, karena  menurut AD/ART Golkar kewenangan memilih dan menetapkan ketua umum bukanlah Rapat Pleno, tapi Munas atau Munaslub, namun sungguhpun demikian, keputusan rapat pleno itu sudah menjadi titik terang bagi Golkar untuk menyelesaikan kusut masai dan kemelut ditubuh Partai, lebih dari itu semua Jokowi tentu ikut bergembira, karena sejenak setelah terpilih dengan lantang Airlangga menyebutkan bahwa "Partai Golkar berkomitmen mendukung pemerintahan Pak Jokowi-JK sanpai 2019 dan rapimnas lalu mendukung Bapak Presiden mencalonkan diri 2019-2024. Dan keputusan itu membuat Jokowi menjadi nyaman berteduh dibawah Pohon Beringin yang rindang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun