Datang ke area gempa itu memang menakutkan. Visual media, bagaimana rumah hancur, korban meninggal sangat menakutkan. Tetapi, bagi relawan bencana, bukan berarti tidak takut, mereka harus datang. Ketakutan dikonversi dengan kehati-hatian. Seperti saat di Cianjur. Walau team kami diberi mess 2 lantai, kami lebih nyaman tidur di tenda, di depan mess itu. Itu perlu lebih 2 bulan, jadi ketahanan dan kesabaran jadi ujian yang harus dilewati.
Ketika gempa Thailand Burma terjadi, kita melihat di televisi dan medsos, bagaimana hotel tinggi bergoyang kuat, bahkan ada yang runtuh. Tenda tentu disiapkan, tetapi perjalanan jauh dengan pesawat komersial membuat itu harus ditinggal. Kita harus cari hotel yang murah, karena swadaya, tetapi juga aman dihati.
Diantara alternatif ternyata di kota Bangkok ada opsi yang tepat. Hotel Container. Selain pasti aman, juga ternyata murah. Waktu meeting club di hotel besar,di Utara kota Bangkok, biaya nginap permalam antara 800 rn hingga 2 juta. Di hotel container ini cuma Rp. 200.000. Maka dalam misi humanisme ini di Bangkok, kami langsung booking dan tinggal.
Kontainer ini dari luar utuh seperti biasa. Kontainer cuma ditumpuk untuk buat 2 pantai. Dari dalam, suasana sudah berubah. Tidak ada lekuk besi, semua dinding rata, seperti rumah tembok. Listrik, meja bed, kulkas kecil , rak lemari tersedia seperti hotel pada umumnya hotel tembok. Ukuran 2,5 x 7 meter cukup luas bahkan lebih tuas dari hotel kabin kita bahkan hotel budget terkenal. Kamar mandi pun sama seperti gedung tembok. Dinding rata, keramik, kloset duduk dan wastafel.
Karena hotel ini dimiliki UMKM warga lokal, maka manajemen sederhana. Pemerintah kota yang tarik pajak, beri bimbingan teknis sehingga dua orang ibu tua yang kerja disini, dan tidak bisa bahasa bggris sama sekali bisa membuka pesanan dari Travelola atau Agoda atau jasa online lain. Membersihkan hotel dan jalankan operasional kantor hotel ini. Bahkan menyopiri mobil listrik golf untuk bawa penyewa ke hotel kedua yg terpisah 100 m dari hotel pertama. Disinilah, kita bisa tahu, bgmn masyarakat bisa manfaatkan wisata untuk ekonominya. Pemerintah yang tidak cuma tarik pajak, tapi bimbingan teknis online marketnya. Beginilah Thailand yang mulai membangun bareng kita, saat ini lebih maju dari Indonesia. Kita harus belajar ikuti karena ini mudah dan murah tapi sustainable development.
Salam dari Bangkok
Dr. dr. Budi Laksono, MHScDosen Disaster Management Pasca Sarjana Undip. Peneliti, praktisi, relawan Kebencanaan.