Dalam konteks partisipasi, mayoritas anggota komunitas Viking Girls merasa bahwa partisipasi dalam komunitasnya saat berada di stadion bersifat pasif. Dilihat dari sudut pandang tujuan menonton ke stadion peneliti menemukan tigas faktor utama yaitu tradisional, rasionalitas instrumental dan rasionalitas nilai. Walapun narasumber memiliki tujuan yang berbeda namun interaksi yang berlangsung tetap sama.Â
Budaya yang dimiliki para informanpun dapat mempengaruhi komunikasi yang berlangsung selama berada di stadion, mayoritas informan akan menggunakan bahasa daerahnya ketika merasa kesal. Postur tubuh maupun intonasi yang dipakai selama berada di stadionpun akan berbeda dengan keseharian para narasumber.Â
Dilihat dari media komunikasi, banner dianggap sebagai media tulis yang aktif untuk berkomunikasi. Selama berada di stadion banner dimanfaatkan sebagai wadah kreatifitas para bobotoh baik untuk menuliskan absensi ataupun makna keritikan terhadap pemain. Dalam bentuk tuturan terdapat tiga tuturan yang sering digunaan selama berada di stadion yaitu nyanyian, dialog, dan koreografi.
Tindak tutur yang terjadi selama berada di stadion dikategorikan menjadi tiga tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Mayoritas informan tidak melakukan tindak tutur lokusi, secara keseluruhan informan menuturkan suatu pernyataan dengan kondisi apa adanya tanpa bantuan gerakan tubuh. Sedangkan dalam elemen ilokusi terdapat tiga bentuk tindak tutur yang digunakan selama berada di stadion, yaitu tindak tutur representatif yang bersifat apa adanya, tindak tutur direktif yang meminta sang lawan tutur untuk melakukan tindakan yang ia sarankan dan tindak tutur ekspresif tindak tutur yang mengandung perasaan penuturnya. Lalu yang terakhir adalah tindak tutur perlokusi. Mayoritas informan melakukan tindak tutur ini, bahwa akan adanya respon dari sebuah tuturan selama di stadion.