Mohon tunggu...
Asjad Rasyiq Habibi
Asjad Rasyiq Habibi Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 28 JAKARTA

XI MIPA 2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Pergi"

9 Maret 2021   14:34 Diperbarui: 9 Maret 2021   14:56 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Pulang dan Pergi - Google Image

Rasa penasaran tentang siapa lelaki itu seketika tumbuh dan membawa Bujang menengok masa lalunya bersama Salonga, teman dekatnya, seorang penembak jitu bayaran. Di rumah Samad pada masa lalu, ayahnya Bujang, dengan istri pertamanya, mereka menemukan surat-surat yang telah lapuk. Atas bantuan dari seorang profesor yang ahli menangani arsip kuno, ia berhasil membaca surat itu. Ternyata surat itu dikirimkan oleh Diego kepada ayahnya, Samad. Dengan kata lain, Diego adalah saudara tiri Bujang.

Sementara itu, Bujang juga harus bersiap untuk menghadapi kelicikan Dragon, pemimpin shadow economy. Bujang mengambil tindakan bersekutu dengan Bratva di Moskow dan Keluarga Yamaguchi di Jepang.

 "Tanpa diketahui oleh orang banyak, ada delapan keluarga penguasa shadow economy di Asia Pasifik. Mereka adalah: Keluarga Tong-itu berarti kami, Keluarga Lin di Makau, El Pacho di Meksiko, satu di Miami Florida, satu di Tokyo, satu di Beijing, satu di Moskow, dan satu lagi, kepala dari seluruh keluarga, Master Dragon di Hongkong. Pimpinan tunggal dari delapan keluarga," (halaman 38).

 **

Bagi pembaca setia karya Tere Liye tentu ini tidak asing, Tere Liye sangat pandai dalam menggambarkan suatu latar/setting sebuah cerita. Kekuatan latar yang dibangun dapat dengan mudah dirasakan dan diimajinasikan bagi pembaca. Keunggulan lain dari buku ini ialah sampul buku. 

Gambar di sampul buku "Pergi" terdapat berbagai arti, yang merupakan inti dari cerita itu. Gambar sebuah tata letak sebuah kota mewah, teratur, dan elegan mendeskripsikan kemapanan ekonomi para tokoh. Tentu saja, mengingat novel ini membahas tentang delapan penguasa shadow economy Asia Pasific. 

Selanjutnya, siluet sinar matahari senja memiliki makna filosofis dari hakikat sebuah perjalanan bahwa hari berganti hari, pertukaran siang dan malam menggambarkan perjalanan hidup manusia. Buku ini juga mempunyai pembatas buku yang seirama dengan gambar cover/sampul buku. Bagi pembaca yang menyukai film aksi dan laga, akan terpuaskan dengan membaca novel ini. Adegan berlaga mempunyai porsi yang cukup banyak. Anda akan terbawa dalam cerita, seolah-olah menyaksikan adegan di film-film Hollywood yang menegangkan, penuh kejutan, dan sulit ditebak.

**

"Tak ada gading yang tak retak". Seperti pada buku "Pergi" ini. Hal yang sedikit mengganggu yaitu kesalahan ketik tentang penyebutan nama tokoh dalam cerita.

"'Berapa lama perjalanan menuju ka sana, Lubai?' Aku bertanya dalam bahasa Inggris, sekaligus menguji kemampuan bahasanya," (halaman 116). Pada buku tertulis Lubai, harusnya Rambang.

Selain itu, terdapat beberapa kesalahan ketik antara lain sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun