Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masyarakat Dihimbau Mengkonsumsi Daging Sapi Beku Agar Lebih Murah

27 Juni 2016   15:25 Diperbarui: 27 Juni 2016   20:22 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ibu - ibu PKK di Lapangan Barata Tangerang bekekrja sama dengan Bulog menjual daging beku

Masyarakat Indonesia pada bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya selalu mengkonsumsi daging sapi lebih banyak karena masih banyak diantara masyarakat kita yang makan daging sapi hanya setahun sekali pada hari Lebaran saja. Itu pun makan daging sapi karena ikut arisan daging sapi yang didapat hanya pada saat Lebaran saja.

Sudah menjadi tradisi di kota-kota kabupaten di Pulau Jawa pada malam takbiran diantara tetangga dekat saling mengirim makanan yang berisi ketupat, opor ayam dan daging semur. Kebiasaan ini juga tentu akan menambah volume kekurangan pasokan daging sapi di saat Lebaran setiap tahunnya.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong dalam acara Kompasiana nangkring
Menteri Perdagangan Thomas Lembong dalam acara Kompasiana nangkring
Selama bulan Ramadhan setiap tahunnya harga daging sapi selalu bergejolak. Bukannya harga turun, tetapi selalu menjadi mahal dan hal ini selalu berjalan setiap tahun. Hal ini juga karena masyarakat Indonesia terbiasa mengkonsumsi daging sapi segar yang dipotong hanya dalam waktu sehari sudah harus langsung dipasarkan dagingnya.

Pemerintah melalui Menteri Perdagangan selalu berusaha mengatasi harga daging sapi dengan cara mengimpor daging sapi dari Australia sejak awal Juni. Tetapi gejolak harga belum teratasi hal ini terlihat dari harga sapi kualitas sangat bagus masih bertahan dengan harga Rp 120.000 per kilogram. Padahal target pemerintah bisa turun menjadi Rp 80.000 per kilogram.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, pemerintah ingin segera menurunkan harga daging sapi sesuai anjuran Presiden Joko Widodo. "Karena maunya cepat, tidak ada pilihan lain kecuali impor daging sapi beku," kata Thomas Lembong di depan Kompasianer di acara Kompasiana nangkring soal “Daging Sapi: Beda Potongan, Beda Harga” di Anomalli Café Jakarta Rabu 22 Juni 2016.

Ibu-ibu PKK di Lapangan Barata Tangerang Menjual Operasi Pasar Daging Beku
Ibu-ibu PKK di Lapangan Barata Tangerang Menjual Operasi Pasar Daging Beku
Thomas menambahkan, masyarakat Indonesia harus dibiasakan mengkonsumsi  daging sapi beku karena harganya lebih murah  dan bisa disimpan di lemari pendingin sampai satu tahun sehingga stok daging menjadi lebih stabil.

Impor daging  sapi beku berupa karkas dan semi kemasan diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sedang dilakukan dalam beberapa minggu ke depan.

Dalam acara ini, Kompasianer diajak juga untuk mengenali  beberapa jenis daging sapi berikut perbedaan harganya. Di pasaran, ada beragam jenis dan bagian dari daging sapi yang mungkin belum familiar bagi masyarakat, yaitu daging paha depan dan belakang, iga, sengkel, has dalam dan luar, daging gandik, sampil, lemusir, sandung, samcan, tanjung, kelapa, pendasar dan buntut.

Kemasan daging beku per satu kilogram yang dijual operasi pasar
Kemasan daging beku per satu kilogram yang dijual operasi pasar
Setiap jenis dan bagian daging sapi tersebut memiliki harga yang juga berbeda-beda. Harga daging jenis kualitas bagus Rp 120.000 per kilogram, sedang bisa Rp 100.000 per kilogram, daging variasi Rp 80.000 per kilogram dan daging industri Rp 60.000 per kilogram

Berdasarkan data Harga Eceran Nasional Daging Sapi dari Ditjen PDN Kemendag, harga daging sapi sampai dengan bulan Juni 2016 mencapai sekitar Rp 115.068,00/kg.

Untuk menstabilkan harga Menteri Perdagangan bersama Bulog melakukan operasi pasar di beberapa wilayah Jakarta dan daerah lainnya. Lokasi  operasi pasar harga daging sapi di beberapa pasar di Jakarta, Banten  antara lain telah dilakukan di

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun