Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Energi Baik dari Wanita Desa yang Bisa Memiliki 600 Orang Pekerja

15 Agustus 2018   20:36 Diperbarui: 15 Agustus 2018   20:45 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Holisa dengan pekerja kerajinannya (dok pribadi)

Energi yang baik akan menular di sekitarnya. Ketika  di sekitar kita ada seseorang yang optimis melihat masa depan.  Maka lingkungannya  akan berdampak positip .Energi  baik terbentuk pada lingkungan yang baik pula.

Maka ketika di sebuah desa yang jaraknya 1.000 kilometer dari ibu kota, tepatnya di Desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember ada seorang wanita yang bisa memberikan energi baik. Yaitu berupa lapangan pekerjaan untuk ratusan wanita di desanya dan penghasilan tetap itulah energi  baik yang harus disebarkan.

Siapa sangka sosok wanita yang kelihatan sederhana dan lugu ini bernama Holisa Handayani bisa memperkerjakan ratusan orang wanita sebagai  pengrajin aksesori wanita khususnya berupa kalung dan gelang. Energi baik yang disebarkan  karena rasa optimisnya , bisnis kerajinan kalung dan gelang yang dibuatnya akan tetap eksis sepanjang waktu. Rasa optimis itu menular kepada para pekerjanya yang semuanya wanita untuk membuat aksesoris yang beraneka ragam warna dan bentuk yang lebih update dan modis tiap hari.

Sebagai mantan TKW (Tenaga Kerja Wanita) selama tujuh tahun bekerja di negara Malaysia. Wanita berjilbab modern ini  pada tahun 2010 memutuskan pulang ke kampung halamannya di Kaki Gunung Raung untuk kembali seterusnya di tanah kelahirannya di desa yang terkenal dengan tembakau cerutu ini.

Awalnya wanita berdarah Madura yang hanya lulusan Sekolah Dasar ini karena pernah tinggal di Malaysia pintar berbahasa Inggris . Setelah pulang kampung dan berhenti menjadi TKW diajak saudaranya mencoba peruntungan di Bali. Holisa diajak  mencoba membuat kerajinan aksesori wanita dari manik-manik berupa kalung, anting dan gelang  wanita yang dijualnya di Kuta, Bali sebagai daerah tujuan turis asing.

Berbagai jenis kalung yang dibuat (dok pribadi)
Berbagai jenis kalung yang dibuat (dok pribadi)
Ternyata lokasi toko nya benar-benar strategis dan dikunjungi banyak pembeli dari wisatawan asing karena harga aksesoris wanita yang dijualnya tergolong tidak mahal mulai Rp 20.000 sampai Rp 200.000. Kreasi kalungnya luar biasa tidak kalah dengan untaian kalung model buatan luar negeri yang dipajang di pusat perbelanjaan Jakarta. Penulis sampai membeli beberapa kalung ketika mendatangi rumah produksi kalungnya karena sangat menarik.

Kalung, anting  dan gelang wanita dari manik-manik dan batu yang berhasil diekspor ke Eropa dan Cina dengan omzet penjualan sekitar Rp 400 juta  sebulan. Penghasilannya ini sangat besar untuk ukuran desa. Sehingga tidak heran jika rumah yang ditempatinya paling megah di perkampungan Ledokombo, sekitar 30 kilometer sebelah utara Kota Jember.

Di Ledokombo wanita yang wajahnya manis ini memperkerjakan wanita dan ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumahnya yang bekerja mengerjakan untaian kalung di rumahnya masing-masing sampai 600 orang. 

Sehingga wanita yang diperkerjakannya merasa nyaman bekerja menguntai manik-manik menjadi kalung atau gelang bisa disambi sambil memasak atau mengasuh anak di rumahnya masing-masing. Ada juga sebagian wanita sekitar 15 orang  yang memilih bekerja bersama di kediamannnya. Holisa membebaskan pekerjanya untuk bekerja di rumah atau di bengkel kerja yang sekaligus kediamannya.

Ada beberapa buyers atau pembeli asing yang membeli dalam volume sangat banyak untuk keperluan ekspor di negara asalnya Eropa dan Cina. Sekarang ini Holisa sedang bekerja sama untuk importir asal Cina yang setiap minggunya memberinya pekerjaan membuat kalung, anting dan gelang dengan nilai omzet per minggunya hampir Rp 100 juta. 

Sehingga omzet penjualan kerajinan aksesori nya total sebulan hampir sekitar Rp 400 juta bila sedang banyak pesanan ditambah dari hasil penjualan toko aksesorisnya di Kuta, Bali yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Dari pembeli asal Eropa dan Cina yang secara tidak sengaja dipertemukan karena mereka berbelanja aksesorisnya di tokonya di Kuta, Bali. Akhirnya Holisa berhasil bertemu mitra dari negara asing yang mampu mengekspor hasil kerajinan tangan wanita Desa Ledokombo ini. 

Alhasil wanita-wanita di Eropa dan Cina sekarang ini banyak yang memakai kalung, anting  dan gelang buatan Kecamatan Ledokombo yang desanya sepi dan tenang ini

Di tangan Holisa selalu tergenggam telepon genggam android karena di alat komunikasi  itu lah Holisa menjalin komunikasi dengan pembeli dari Cina dan Eropa. Setiap hari Holisa berkomunikasi secara teratur dengan relasinya untuk menerima pesanan gambar-gambar semua bentuk dan warna kalung, gelang dan anting yang diinginkan pembeli untuk keperluan ekspor. Gambar kalung, gelang dan anting kebanyakan bergaya modern disesuaikan dengan pesanan pembeli dari luar.

Holisa juga tidak pelit membagi ilmunya kepada orang lain. Farha Ciciek, Humas Tanoker Ledokombo memperkenalkan penulis dengan Holisa dan  dengan ringan tangan,  mengantar penulis ke kediaman Holisa karena rumahnya sering dijadikan sebagai tujuan wisata peserta pelajar outbond Tanoker Ledokombo untuk percontohan pembelajaran kerajinan kreatif pedesaan Kecamatan Ledokombo. Sehingga banyak anak-anak kota yang belajar merangkai manik-manik aksesori wanita di rumah Holisa.

Holisa menularkan energi baik kepada wanita di kampungnya (dok pribadi)
Holisa menularkan energi baik kepada wanita di kampungnya (dok pribadi)
Keuntungan bersih Holisa setiap bulan sekitar Rp 120 juta setelah dikurangi biaya produksi dan gaji pekerjanya. Suatu angka yang besar untuk hidup di pedesaan Ledokombo yang subur dan berhawa dingin. 

Tidak heran Holisa memiliki beberapa rumah,  sawah dan tanah hasil keringat tabungannya menjadi bisnis women atau wanita pengusaha. Untuk membayar gaji pekerjanya setiap minggu, Holisa harus menyediakan uang tunai Rp 70 juta untuk pembayaran mingguan. Jadi setiap bulan untuk gaji karyawan saja dia mengeluarkan biaya upah Rp 280 juta.

Saya melihat sendiri Holisa memperlakukan pekerjanya dengan baik dan semua karyawannya dianggap seperti saudara.Ini terlihat dia tidak berjarak dengan pekerjanya  dan pekerjanya bisa bekerja dengan santai sambil bersenda gurau ketika saya foto untuk penulisan. Energi baik dari Holisa yang optimis usahanya akan tetap eksis membuat pekerjanya juga menjadi rajin bekerja, kreatif dan memiliki penghasilan tetap.

Holisa memilih tetap melakukan pekerjaan bisnisnya di kampung halamannya di Ledokombo meski sudah memiliki toko aksesoris wanita di Bali karena ingin memberi pekerjaan kepada 600 orang wanita-wanita desa yang menjadi tetangganya. "Saya tidak ingin ada banyak wanita Ledokombo menjadi TKW," ujar Holisa  lirih mengakhiri percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun