Memasuki  Museum Omah Munir terasa banget kehadiran roh sosok Munir di rumah tersebut. Ya karena Omah Munir yang sekarang sudah diubah menjadi museum, sebelumnya adalah rumah tempat tinggal keluarga Munir dengan istri dan anak-anaknya di Batu, Malang pada tahun 2000 sampai tahun 2003.Â
Sekarang rumah ini menjadi  sebuah museum berisi berbagai memorabilia milik almarhum Munir. Omah Munir didirikan untuk mengenang perjuangan Munir tentang HAM (Hak Asasi Manusia) sekaligus sebagai tempat pendidikan tentang HAM.
Di dalam rumah itu terdapat berbagai barang peninggalan seperti baju, poster sejarah perjalanan Munir, foto-foto Munir, paspor, sepatu, rompi anti peluru, jaket kulit, buku dan barang lainnya. Poster tentang orang hilang korban pelanggaran HAM juga memenuhi sudut ruangan.
Yang berkesan bagi saya adalah buku paspor Munir dan cap Visa Belanda yang disimpan di kotak kaca. Paspor dan visa itulah yang membawa perjalanan Munir naik pesawat garuda GA 974 dari Jakarta ke Amsterdam dengan nomor kursi duduk nomor 40 G pada tahun 2004 untuk belajar. Kemudian di tengah perjalanan Munir meninggal dunia karena diracun.
Munir menemui ajalnya di atas Negara Rumania sebelum pesawat yang ditumpanginya mendarat di Belanda. Tepat tanggal 7 September 2004 pukul 12.10 Â Munir meninggal di atas pesawat di kursi duduk nya.
Dalam poster diceritakan Pollycarpus, pilot Garuda yang didakwa membunuh Munir dengan racun sempat menyuruh pindah kursi Munir di kelas bisnis Garuda untuk duduk bersama dalam perjalanan Jakarta-Singapura dan sempat berbincang bersama di sebuah cafe di Bandara Changi Singapura.Â
Tetapi dalam perjalanan Singapura-Belanda, Munir kembali duduk di kelas ekonomi karena Pollycarpus hanya terbang sampai Singapura saja. Diperkirakan di cafe di Bandara Changi tersebut minuman Munir diberi racun oleh Pollycarpus yang telah terbukti melakukan perbuatannya dan sudah dihukum.
Omah Munir didirikan untuk pendidikan tentang HAM dan tempat diskusi bagi generasi muda tentang HAM, sejarah Munir dan berbagai aktivitas lainnya.Â