Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Museum Omah Munir yang Penuh Makna tentang HAM

2 Agustus 2018   14:46 Diperbarui: 6 September 2019   00:20 4396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana dalam Omah Munir (dok pribadi)

Memasuki  Museum Omah Munir terasa banget kehadiran roh sosok Munir di rumah tersebut. Ya karena Omah Munir yang sekarang sudah diubah menjadi museum, sebelumnya adalah rumah tempat tinggal keluarga Munir dengan istri dan anak-anaknya di Batu, Malang pada tahun 2000 sampai tahun 2003. 

Sekarang rumah ini menjadi  sebuah museum berisi berbagai memorabilia milik almarhum Munir. Omah Munir didirikan untuk mengenang perjuangan Munir tentang HAM (Hak Asasi Manusia) sekaligus sebagai tempat pendidikan tentang HAM.

Patung Munir (dok pribadi)
Patung Munir (dok pribadi)
Omah Munir diresmikan pada tanggal kelahiran Munir, 8 Desember 2013 silam. Museum itu dulunya adalah rumah yang selama ini ditempati mendiang Munir berserta istrinya, Suciwati.

Di dalam rumah itu terdapat berbagai barang peninggalan seperti baju, poster sejarah perjalanan Munir, foto-foto Munir, paspor, sepatu, rompi anti peluru, jaket kulit, buku dan barang lainnya. Poster tentang orang hilang korban pelanggaran HAM juga memenuhi sudut ruangan.

Yang berkesan bagi saya adalah buku paspor Munir dan cap Visa Belanda yang disimpan di kotak kaca. Paspor dan visa itulah yang membawa perjalanan Munir naik pesawat garuda GA 974 dari Jakarta ke Amsterdam dengan nomor kursi duduk nomor 40 G pada tahun 2004 untuk belajar. Kemudian di tengah perjalanan Munir meninggal dunia karena diracun.

Paspor dan visa Munir serta KTP SIM (dok pribadi)
Paspor dan visa Munir serta KTP SIM (dok pribadi)
Sedih banget membaca poster perjalanan Munir di dinding tembok yang menceritakan secara detail kisah perjalanannya mulai dari Jakarta, transit Singapura sampai naik pesawat ke Belanda. 

Munir menemui ajalnya di atas Negara Rumania sebelum pesawat yang ditumpanginya mendarat di Belanda. Tepat tanggal 7 September 2004 pukul 12.10  Munir meninggal di atas pesawat di kursi duduk nya.

Dalam poster diceritakan Pollycarpus, pilot Garuda yang didakwa membunuh Munir dengan racun sempat menyuruh pindah kursi Munir di kelas bisnis Garuda untuk duduk bersama dalam perjalanan Jakarta-Singapura dan sempat berbincang bersama di sebuah cafe di Bandara Changi Singapura. 

Tetapi dalam perjalanan Singapura-Belanda, Munir kembali duduk di kelas ekonomi karena Pollycarpus hanya terbang sampai Singapura saja. Diperkirakan di cafe di Bandara Changi tersebut minuman Munir diberi racun oleh Pollycarpus yang telah terbukti melakukan perbuatannya dan sudah dihukum.

Omah Munir didirikan untuk pendidikan tentang HAM dan tempat diskusi bagi generasi muda tentang HAM, sejarah Munir dan berbagai aktivitas lainnya. 

Poster perjalanan Munir (dok pribadi)
Poster perjalanan Munir (dok pribadi)
Omah Munir memang difokuskan pada edukasi masyarakat tentang HAM, terutama sasarannya para milenial yang akan ikut pemilu tahun 2019 supaya tidak salah memilih pemimpin setelah menegtahui pentingnya tentang HAM.

Omah Munir menjadi sarana untuk tetap melanjutkan penegakkan keadilan di Indonesia. Sekaligus sebagai salah satu tempat melawan lupa bahwa masih ada kasus pelanggaran HAM yang hingga kini belum terselesaikan. 

Banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia yang hingga kini masih gelap dan tidak terungkap ke publik. Setidaknya ada beberapa kasus yang bisa dilihat di Museum HAM Omah Munir, di Jalan Bukit Berbunga, Kota Batu, Jawa Timur.

Munir lahir di Kota Batu pada 8 Desember 1965. Munir alumni Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya Malang. Museum ini menyajikan banyak informasi seputar kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. 

Khususnya yang pernah diperjuangkan almarhum Munir semasa hidup antara lain kasus buruh wanita Marsinah yang dibunuh di Porong, Jawa Timur karena perjuangan buruh.

Munir bersama Kontras banyak berjuang (dok pribadi)
Munir bersama Kontras banyak berjuang (dok pribadi)
Bangunan museum ini memang diharapkan bisa menjadi tempat bagi banyak orang dengan ragam latar belakang mendekatkan diri pribadi mereka, emosi dan pikiran dengan masalah-masalah HAM di Indonesia.

"Omah" adalah bahasa Jawa yang berarti rumah. Omah ini dibangun dengan dana awal sekitar Rp300 juta, kini Omah Munir telah memiliki perpustakaan yang berisi ribuan buku sumbangan. Bukunya beragam, dari buku Karl Marx Das Kapital dan buku tentang hukum dan HAM tentunya yang paling banyak dipajang.

Bersama patung Marsinah tokoh buruh (dok pribadi)
Bersama patung Marsinah tokoh buruh (dok pribadi)
Munir tumbuh besar di kota Batu. Ia menjadi aktivis mahasiswa di Univeristas Brawijaya, Malang. Munir lalu bergabung dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Malang sebagai pengacara. 

Kebaikan dan dedekasi perjuangan HAM Munir kelihatan terwujud dengan banyaknya kunjungan pelajar dan generasi muda di tempat ini untuk mengetahui  pentingnya pengetahuan tentang HAM.

Dalam aktivitasnya sebagai pengacara LBH, Munir berjumpa Suciwati, yang kemudian menjadi istrinya. Rumah yang sekarang menjadi museum adalah tempat penuh makna bagi mereka berdua. 

Munir (dok pribadi)
Munir (dok pribadi)
Keduanya membeli tempat itu dengan harapan akan menjalani kehidupan bahagia bersama kedua anak mereka. Sekarang Suciwati bersama kedua anaknya bertempat tinggal di Kota Malang.

Dalam akun Facebook-nya, Omah Munir menyatakan sebagai penanda untuk merawat ingatan perjuangan Munir dan kemanusiaan. Omah Munir juga media untuk menghidupkan semangat dan sekaligus mendokumentasikan problem kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun