Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Masuk ke Peradaban Lama di Kampung Todo, Pulau Flores

21 Maret 2018   15:18 Diperbarui: 21 Maret 2018   16:16 1935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk rumah di Kampung Todo, Pulau Flores (dok pribadi)

Melakukan perjalanan ke  Kampung Todo di Pulau Flores seakan menumpang mesin waktu ke masa silam. Saya mengunjungi  rumah-rumah tradisional atau Niang Todo yang  beratap ijuk, berlantai kayu dan bangunan berbentuk kerucut berdinding  ijuk  yang  sekaligus menyambung menjadi satu dengan atap rumahnya . Hanya keturunan Raja Todo  yang boleh menempati rumah kerucut tersebut dan diisi oleh beberapa keluarga yang hidupnya masih tradisonal dengan tidur di alas tikar, memasak dengan tungku kayu dan kehidupan berjalan dengan sistem tradisional. Berada di Kampung Todo seakan berada di dunia lain dan merasakan  tidak ada kehidupan modern 

Perjalanan dari pusat Kota Ruteng ke Kampung Todo  jalannnya meliuk-liuk dan sering berpapasan dengan truk yang jalannya sempit. Dari  Ruteng perlu waktu perjalanan dua jam untuk mencapai kampung adat ini.

Perjalanan ke  Ruteng di Pulau Flores saya lakukan dengan terlebih dahulu mendarat di Labuan Bajo dengan pesawat Garuda Indonesia.  Mencari  Tiket Pesawat Garuda jauh-jauh hari saya lakukan dengan pemesanan online  untuk penerbangan dari  Denpasar ke Labuan Bajo agar harga tiket sedikit miring. Dari Labuan Bajo ke Ruteng perlu waktu tiga jam dengan mobil travel.

Suasana dapur di dalam rumah Kampung Todo (dok pribadi)
Suasana dapur di dalam rumah Kampung Todo (dok pribadi)
Tapi sesampai di Desa Todo yang masuk  Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten  Manggarai, rasa capek langsung hilang selama perjalanan karena kami disambut  dengan ramah oleh Bapak Titus Jehadut, seorang penjaga sekaligus petugas Dinas Pariwisata Manggarai dengan ramah.

Beliau langsung meminjamkan sarung khas Todo untuk dipakai masuk Niang Todo yang utama bernama "Niang Wowang ."  Kampung tua yang memiliki halaman yang dikelilingi batu tersusun rapi merupakan asal muasal kerajaan Manggarai. Ada batu-batu dengan konstruksi melingkar yang terbuat dari batu . Masuk pintu rumah, harus membungkuk karena pintu rumah sengaja dibuat pendek dibentuk turun dari tangga batu dan di sekitar pintu masuk banyak dijumpai ukir-ukiran khas Flores.

Untuk menuju rumah Niang Todo dari kejauhan sudah kelihatan jalanan dan tangga berbatu di sekeliling rumah dan halamannya. Turis harus menaiki tangga batu dan berjalan setapak menuju pintu rumah.  Dari sana, jalan berbatu akan membawa Anda melewati satu set meriam Inggris tua, sebelum Anda melewati kuburan Raja Todo. Di halaman rumah karena sedang panas terik matahari, kelihatan beberapa wanita sedang menjemur butiran  padi dan kopi.

Penulis memakai sarung tenun Todo di depan rumah Todo (dok pribadi)
Penulis memakai sarung tenun Todo di depan rumah Todo (dok pribadi)
Keadaan di dalam rumah tidak ada sekat dinding. Antara ruangan semuanya terlihat jelas terbuka. Dari pintu rumah  semua aktivitas dapur, kamar tidur dan ruang tamu menjadi satu. Ada beberapa wanita keluarga Todo yang sedang bercengkerama dengan keluarganya.Keadaan di dalam rumah sedikit gelap meskipun siang hari karena sinar hanya dari pintu dan tidak ada jendela.

Di dalam rumah Niang Todo yang utama disimpan gendang kecil yang konon  terbuat dari kulit perut seorang gadis  yang dikenal dengan nama Loke Nggerang. Gendang yang konon dari kulit seorang putri ini disimpan dalam kotak kaca khusus yang ditutupi kain. Untuk melihat  gendang kulit manusia ini, seorang turis dikenakan syarat  pembayaran khusus sebesar Rp 100.000 per orang yang dimasukkan dalam kotak sumbangan adat.  Uang sumbangan itu nanti kalau sudah terkumpul banyak,  akan dibuka oleh ketua adat untuk keperluaan perawatan desa.

Gendang di dalam rumah Todo yang konon terbuat dari kulit manusia (dok pribadi)
Gendang di dalam rumah Todo yang konon terbuat dari kulit manusia (dok pribadi)
Konon ada cerita legenda yang dikisahkan Pak Titus  dari Loke Nggerang, berdasarkan cerita yang diwariskan dari orang tua mereka terdahulu, selaput gendang tersebut diyakini merupakan kulit seorang gadis cantik dengan kulit kemerah-merahan hingga ia dipanggil masyrakat pada zaman itu "Loke Nggerang".

Loke berarti kulit dan Nggerang artinya kulit kemerah-merahan.Karena cantik dan indah kulit, maka sang gadis   ingin dipinang  oleh Raja Todo yang waktu itu merupakan penguasa bumi "Nuca Lale" (Nama asli Manggarai). Namun lantaran cinta akan kekasih dan orang tuanya, Loke  berani menolak dengan  keras   pinangan sang raja.

Hal ini membuat raja marah. Waktu   itu raja  mempunyai kekuasaan penuh atas  Raja Manggarai. Siapapun yang menolak perintah raja pasti akan menerima hukuman berat. Loke Nggerang  pun kemudian dihukum mati karena  menolak kemauan sang raja. Kulit dari  punggung dan perut Loke Nggerang kemudian dijadikan gendang.

Siapakah Loke Ngerang? Berbagai versi legenda terkait kisah hidup Loke Nggerang dari  sumber tokoh adat menceritakan bahwa Loke Nggerang merupakan anak hasil perseteruan manusia dengan mahkluk di dunia lain. Tetapi  ada juga yang menceritakan bahwa dia merupakan anak dari seorang petani tulen dari kampung Ndoso, Kecamatan Golo Welu , Kabupaten Manggarai Barat.

Di halaman rumah adat tersusun  batu-batu membentuk lingkaran yang ternyata adalah makam keturunan Raja Todo. Makam dengan susunan batu lebih besar dan banyak adalah makam Raja Todo. Ada juga dua buah batang besi berongga di tangga masuk, bekas meriam. Tertulis nama salah satu kota di Inggris, Liverpool. Menurut Titus, meriam ini adalah pemberian kolonial Inggris sebagai hadiah atas jalinan persahabatan yang baik antara Raja Todo dan kolonial Inggris. 

Kampung Todo kini hanya menyisakan empat  bangunan rumah adat  berbentuk kerucut yang mirip dengan rumah-rumah di kampung Waerebo. Tetapi mereka berbeda adat dan lokasinya sangat jauh. Ketika saya datang beberapa rumah Todo sedang direnovasi . Selain untuk menghidupkan suasana, dan mempertahankan adat Todo perkampungan ini juga ajang untuk tempat reuni dan pesta dari keluarga besar  para keturunan Raja Todo, penguasa kerajaan besar di Manggarai 300 tahun silam. Saat pesta natal atau pesta syukuran panen padi biasanya diadakan pesta khusus untuk mengumpulkan keluarga besar Todo dengan pertunjukan Tari Caci dan pesta makan-makan semalam suntuk.

Di halaman rumah adat Todo juga ada dijual kain tenun (dok pribadi)
Di halaman rumah adat Todo juga ada dijual kain tenun (dok pribadi)
Upacara adat yang dianggap sakral, ritual ini dilaksanakan untuk menghormati para leluhur. Apalagi, masyarakat setempat percaya pelanggaran tradisi adat akan membuahkan bencana . Desa Todo ini di masa lalu,  juga merupakan pusat kerajaan Manggarai dan rumah dari klan kerajaan.

Klan Todo telah menjadi kekuatan dominan di Manggarai Selatan jauh sebelum pemerintahan Belanda mulai terlibat dalam politik lokal. Pemimpin klan dipilih menjadi Raja Manggarai oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930. Para anggota klan mengklaim bahwa nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau di Sumatera ratusan tahun yang lalu, dengan seorang pemimpin bernama Mashur. Ada banyak legenda tentang perjalanan panjang  sebelum mereka  masuk Manggarai di Warloka. Dari sana, Mashur dan rakyatnya memulai perjalanan  panjang melewati Manggarai, sebelum akhirnya menetap di Todo.

Sebagai salah satu tujuan wisata, Kampung Todo memberikan peluang ekonomi bagi warga sekitar, terutama bagi kaum perempuan untuk berjualan kain tenun bagi turis. Kain tenun model sarung  khas Kampung Todo dengan aneka motif berwarna merah kuning hijau ini  ditawarkan Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per lembar. Kalau pergi ke Kampung Todo sekaligus bisa melihat  proses pembuatan kain tenun. Para wanitanya rata-rata bekerja membuat kain tenun dengan tangan. Di halaman rumah ada rumah  gubuk untuk wanita Todo berjualan kain dan selendang tenun khas Todo bagi turis yang datang.

Artikel ini diikut sertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun