Mohon tunggu...
Chairunnisa Ilmi
Chairunnisa Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - An Ambivert

Mahasiswa jurusan Antropologi Budaya di ISBI Bandung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babah (Musibah Kentut di Warung Kopi) bagian I

24 November 2020   23:37 Diperbarui: 26 November 2020   20:24 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

‘’Hmmh’’ keluhnya. ‘’Kau tahu sayang ? aku kurang paham dengan masalahmu, namun aku punya seseorang yang bisa menyelamatkan usahamu itu. Besok akan kusuruh ia menemuimu!’’ lalu ia tersenyum, manis sekali.

‘’Begitukah ? syukurlah’’ lirihku.

Diluar hujan lagi, lalu kami menghabiskan malam berdua lagi.

Esok siangnya cuaca sedang panas. Cocok untuk tidur ditemani angin yang mampu membuat matamu terlena. Warung kopiku baru dijumpai satu orang pembeli. Tak lama kemudian, seseorang dengan setelan lusuh datang ke warung kopiku. 

Hmm, mestinya aku tidak terlalu menekankankata lusuh karena hampir semua pelangganku berpakaian serupa. Orang tadi pun masuk. Ia tidak memesan apapun, hanya menanyakan namaku. Lalu aku disuruhnya duduk. Kami duduk di berhadapan di bangku. Seperti di sidang. 

Aku terdakwa, dirinya hakim, dan beberapa orang yang lalu lalang adalah saksinya. Ia sungguh ber-aura ! Entah kenapa aku merasa takut dan ajaibnya aku menurut saja dengan apa yang ia katakakan. 

Sebelum memulai pembicaraan, ia menelisik isi warung kopiku, melihat sekitar selama beberapa menit, memejamkan mata, berjalan keluar-kedalam dengan gerakan tidak biasa,  lalu diam lagi. Matahari yang bersinar pekat mungkin yang menyebabkan orang ini sedikit aneh.

Ia pun duduk di hadapanku lagi dengan teramat kebingungan. Kemudian menatapku tajam. Sedang aku hanya melongo seperti kodok bodoh yang keheranan. I

a mengeluarkan kertas dan pena, menuliskan angka-angka yang rumit, lalu menyelesaikannya begitu lama. Wajahnya sungguh serius. Sedangkan aku hanya bisa melihatnya sembari terkagum. Tak lama, ia bersuara lagi.

‘’Sekian, terimakasih, ini solusi dari ku, laksanakan besok ketika matahari belum terbit ! Sampaikan salam terimakasih ku pada nyonya Lie’’ ia tersenyum, lalu pergi begitu saja.

 Akhirnya aku ingat, mungkin dia adalah orang yang dikirimkan istriku untuk menyelesaikan perkara warung kopiku. Dan benar saja, karena saat kulihat kertas yangia berikan terdapat perhitungan yang rumit, tapi di bawahnya ada beberapa kalimat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun