Mohon tunggu...
Chairunnisa Ilmi
Chairunnisa Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - An Ambivert

Mahasiswa jurusan Antropologi Budaya di ISBI Bandung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babah (Musibah Kentut di Warung Kopi) bagian I

24 November 2020   23:37 Diperbarui: 26 November 2020   20:24 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

‘’Biar aku bangun sendiri. Aku masih punya uang cukup kok.’’

Istriku langsung memelukku erat.

‘’Ini yang aku suka darimu.’’ Ia menenggelamkan dirinya di dalam dekapanku. Aku balas memeluknya erat. Cuaca semakin dingin, kami pun menghabiskan malam bersama.

Esoknya aku sendiri yang  memilih tanah mana yang akan aku bangun usaha pertamaku ini. Aku pilih tanah yang agak jauh dari jalan raya. 

Sebuah tanah luas dekat bangunan yang terbengkalai. Setahuku disini adalah tempat kendaraan terparkir, sebab di sebrangnya ada gedung serbaguna yang cukup besar. Akan ada banyak orang terutama jika sedang ada pesta.

Warungku sudah selesai dibangun. Semuanya terlaksana dengan lancar. Aku sendiri yang membangunnya dibantu dengan dua orang tukang bangunan spesialis kayu yang dikirim oleh istriku. Desainnya aku samakan persis dengan warkop kesukaanku di dekat rumahku. 

Bukankah pekerjaan paling menggembirakan adalah hobi yang dibayar ? aku suka nongkrong di warkop itu, nah kubangun apapun persis seperti disana. Istriku ini, padahal hanya warung kopi kecil mengapa harus menyuruh ahli segala. Alhasil bangunan yang terbuat dari kayu dan tripleks ini selesai dalam waktu satu hari.

Esoknya aku pergi dari rumah menuju tempat kerjaku dengan semangat. Begitu pula istriku. Ia terlihat lebih berseri-seri tatkala mengetahui suaminya akan pergi bekerja untuk yang pertama kali. 

Saat sarapan, kami sama-sama memakan roti yang ia olesi dengan selai kacang. Ia memakai baju sehari-harinya ke kantor. Hari ini ia memakai warna rok kuning cerah dengan atasan krem. 

Kami berangkat berbarengan menggunakan mobil yang sama. Di perjalanan, aku yang sampai duluan. Aku turun dari mobil dan ia mengucapkan hati hati kepadaku. Aku balas melambaikan tanganku padanya.

Sesampainya di warung kopi, aku buka dengan hati-hati seluruh pintu dan terali kayu nya. Makanan yang aku jual adalah kopi seduh, rokok, mie dan beberapa cemilan ringan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun