Mohon tunggu...
Asih Aryani
Asih Aryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profil asli

Saya adalah mahasiswa IAIN Pontianak yang masih belajar. Akan terus berproses dan berprogres.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah untuk Ayah Ibu

15 November 2021   16:45 Diperbarui: 16 November 2021   11:16 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemudian pada hari wisuda Ayu di Jerman, ayah dan ibu Ayu sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke sana. Ina dalam sepinya merenung, tiba-tiba darah keluar dari hidungnya. Ina tetap santai, ia tidak panik atau berteriak minta tolong seperti seharusnya yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Bahkan ia sembunyikan itu dari ayah dan ibunya. Ia hanya minta maaf untuk tidak dapat ikut pergi ke Jerman menghadiri wisuda Ayu.

"Aku titip salam saja padanya,"ucapnya sepintas di depan pintu kamar kedua orangtuanya.

"Cobalah untuk menjadi adik yang berbakti meskipun tidak bisa menjadi anak yang bermanfaat." Ibunya berujar dengan nada sindiran yang tajam.

"Disuruh untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, tidak mau. Melanjutkan usaha orang tua sendiri di perusahaan, juga tidak becus. Mau jadi apa masa depan kau, Ina?" tambah ayahnya menggelengkan kepala seraya menatap bahu Ina yang semakin menjauh dari daun pintu kamar.

Lagi-lagi Ina melantunkan surah Al-Ankabut andalan untuk menenangkan hatinya. Tiba tiba kepalanya pusing, darah kembali keluar dari hidungnya. Ia bersegera lari ke kamar mandi untuk berwudhu, hatinya terus berucap istigfar dan zikir. Namun sakit dalam dirinya sudah tidak dapat disembunyikan lagi, tubuh Ina langsung tumbang ke lantai. 

Azan subuh berkumandang. Ina perlahan membuka matanya. Ia berada di rumah sakit. Hanya ia sendiri. Ayah dan ibunya langsung terbang ke Jerman untuk menghadiri wisuda Ayu setelah mengantarkan Ina ke rumah sakit. Matanya terpejam, air mata mulai tumpah. Apakah begitu tidak penting dirinya bagi ayah dan ibu? Bahkan ketika ia sakit pun tidak didampingi. Ponselnya berdering, menampilkan nama Ustazah Hilmina. 

"Assalamualaikum Ina ...," Terdengar suara dari seberang mengucapkan salam. "Kamu dimana, Nak? Siap untuk syahadah 30 juz besok hari?" tambah Ustazah Hilmina. 

"Waalaikumussalam. Mohon maaf ustazah, Ina sedang di rumah sakit. Bolehkah jika syahadahnya ditunda sampai orang tua saya pulang dari Jerman?" pinta Ina, suaranya masih lesu.

Percakapan berlangsung lancar. Diakhiri dengan saling mendoakan antara keduanya. Ina mencari nomor ponsel orangtuanya yang tidak diberi nama. Ia menelpon namun tidak ada jawaban.

Besok harinya telpon masuk dari Ayah Ina, mereka mengatakan sedang sibuk mempersiapkan yudisium untuk wisuda Ayu besok. Ina hanya diam mendengarkan cerita ayahnya, bahkan kesempatan untuk dia berbicara hampir tidak ada. Percakapan berakhir dengan diam dan doa dari dalam hati Ina untuk kedua orangtuanya.

Seminggu berlalu ... Kedua orangtua Ina beserta Ayu sudah pulang ke Indonesia. Mereka berencana untuk mengadakan perjalanan ke Raja Ampat. Tanpa perduli dengan kondisi Ina yang baru membaik, ayah, ibu, dan Ayu tetap tak acuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun