Mohon tunggu...
Asihatul Afiyah
Asihatul Afiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - just for sharing

hai.. aku seorang mahasiswa tingkat akhir

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pembelajaran Daring, Suka atau Duka?

20 November 2021   13:05 Diperbarui: 20 November 2021   13:21 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pembelajaran Daring, Suka atau Duka?

Sejak membludaknya kasus covid-19 pemerintah mengeluarkan kebijkan untuk meliburkan sekolah-sekolah yang ada, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga keperguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) bahwa proses belajar dilakukan dari rumah. Kebijakan ini tentunya mendapat respon yang variatif dikalangan masyarakat, ada yang pro dan juga kontra. Tentunya kebijakan ini adalah kebijakan yang terbaik dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 yang ada di Indonesia.

Pembelajaran daring sendiri mempunyai banyak kemudahan yang ditawarkan, diantaranya waktu dan tempat belajar yang fleksibel, biaya yang lebih terjangkau, dapat diakses dengan mudah, melatih kemandirian siswa, dan juga melatih siswa untuk lebih melek teknologi dan informasi,

Pada awalnya murid merasa senang, karena merasa lebih santai dalam belajar. Mereka tidak perlu lagi berangkat ke sekolah untuk belajar, cukup dilakukan dari rumah saja. Tapi, kesenangan tersebut hanya berlaku sesaat saja. Para murid sekarang merasa bosan dan merindukan suasanya sekolah. Pasalnya selama pandemi ini meraka tidak dapat keluar rumah untuk bermain bersama teman-temannya. Selain itu, masalah dalam pembelajaran daring lainnya adalah banyak murid yang tidak bisa mengoperasikan platform pembelajaran online, seperti e-learning, zoom meeting, google classroom, google meet, dan platform lainnya. Hal tersebut dikarenakan belum adanya pembiasaan dalam mengakses platform pembelajaran online sebelumnya.

Tidak hanya murid, orang tua dan guru pun sama merasakan susahnya "pembelajaran daring". Para orang tua merasa kesulitan karena anak mereka tidak paham akan materi yang diajarkan, sedangkan tugas untuk menjelaskan materi tersebut juga berada ditangan orang tua. Banyak orang tua yang akhirnya tidak peduli akan pendidikan anaknya, tapi tidak sedikit juga para orang tua yang masih perhatian dengan mendaftarkan anaknya pada bimbel online.

Pembelajaran daring sendiri hanya dapat dilakukan jika siswa tersebut mempunyai smartphone, atau orang tua yang mempunyai smartphone. Mungkin masalah ini masih dapat teratasi jika memiliki 1 atau 2 anak jika orang tua hanya mempunyai satu smartphone, tapi jika orang tua yang memiliki lebih dari 2 anak dengan satu smartphone untuk belajar, maka dirasa pembelajaran daring tidak akan berjalan dengan maksimal. Apalagi jika smartphone tersebut juga digunakan orang tua murid untuk bekerja, pasti akan merasa kesusahan dalam pembagian waktu penggunaan smartphone antara anak dan orang tua.

Tantangan pembelajaran daring untuk guru sendiri, yaitu harus berjuang secara ekstra dalam menciptakan prosesi pembelajaran yang menarik. Tantangan dari pembelajaran daring sendiri selain pada sinyal dan kuota, juga murid merasa cepat bosan dan akhirnya murid menjadi tidak paham. Sehingga guru dituntut sekreatif mungkin dalam menciptakan metode pembelajaran selama daring. Guru juga dituntut lebih melek teknologi agar dapat menggunakan website atau aplikasi pembelajaran yang tersedia secara gratis dalam menunjuang proses pembelajaran.

Memang dalam pembelajaran daring ini banyak kemudahan yang ditawarkan, tetapi juga tidak luput dari kekurangan. Untuk itu, dibutuhkan Kerjasama yang epic antara murid, guru, dan orang tua murid itu sendiri, agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Asihatul Afiyah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun