Kepala Pusat Data Informasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sutopo Purwo Nugroho memperkirakan bahwa puncak kemarau di Indonesia berada di bulan Agustus-September 2018. Sedangkan awal musim hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Oktober, November dan Desember 2018, sementara puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Pebruari 2019.
Sampai sekarang ini masih banyak daerah yang mengalami kekeringan, wilayah-wilayah yang hampir setiap tahun terjadi kekeringan adalah Jawa dan Nusa Tenggara, seperti Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung.Â
Bencana kekeringan yang parah lainnya termasuk juga Sulawesi. Nusa Tenggara Timur lah wilayah yang paling menyedihkan akibat kekeringan, menurut BNPB saat kemarau panjang pasokan air belum mampu mencukupi. Beberapa wilayah di Jawa kekeringan tentu sangat menghambat perekonomian masyarakat petani.
Kepala BPNB itu mengatakan sebanyak 4,87 juta orang terdampak kekeringan yang tersebar di 4.053 desa.
Adapun bencana kekeringan di negara kita merupakan bencana terbesar ketiga setelah bencana banjir dan kebakaran.
Dampak negatif
 Kemarau dialami oleh beberapa daerah di Indonesia. Pasti kekeringan yang terjadi telah menimbulkan dampak yang negatif bagi warga. Apa sajakah dampak yang diderita masyarakat itu?
Simak hal yang berikut ini:
1. Produktivitas menurun
Kemarau menyebabkan kekeringan. Namun kemarau juga dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja seseorang yang bersifat permanen.
Kemarau identik dengan cuaca panas yang ekstrim yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi manusia. Perpindahan musim ke kemarau menjadi penyebab mundurnya produktivitas kerja secara global hingga 90 persen. Sehingga banyak orang yang enggan keluar rumah untuk beraktivitas.