Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya

2 September 2018   04:44 Diperbarui: 2 September 2018   04:43 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul.      : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya

Penulis.  : Ajahn Brahm

Penerbit : Awareness Publication

Perdana. : Mei 2009

Di awal bulan Mei 2009 terbitlah sebuah buku yang, kalau dibaca dari judulnya agak aneh: "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya". Buku yang sudah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa ini memang cukup mengundang rasa penasaran. Tidak aneh, bila buku ini memperoleh respon yang luar biasa dari masyarakat luas dengan menjadi best seller di berbagai toko buku.

Majalah Spirituality and Health di Amerika mengomentari buku ini: "buku ini adalah satu buku spritual terbaik. Amat menghibur dan mencerahkan. Buku yang berlimpah humor, kemanusiaan, dan niat baik."

Sementara itu, salah satu tokoh Indonesia juga memberikan komentarnya bernada memuji. "buku yang betul-betul bisa menyadarkan dan membuka pintu hati kita, bahwa setiap orang berhak menikmati hidup ini dengan kedamaian dan kebahagian, bebas dari kecemasan dan ketakutan"

Buku yang judul aslinya: Opening the Door of Your Heart  ini ditulis oleh Ajahn Brahm, seorang biksu Buddha kelahiran London, Inggris yang meraih gelar sarjana di bidang fisika teori di Cambridge University, Amerika. Di usianya yang ke 23 tahun, Brahm memutuskan untuk menjadi seorang petapa dalam tradisi hutan Thai.

Di tahun 1983, Brahm dan rekan-rekannya membangun sebuah vihara di Australia, namun saking miskinnya, mereka bertukang sendiri. Ia aktif mengunjungi rumah duka, rumah sakit, dan penjara guna memberi penghiburan bagi mereka yang berduka, sakit, dan tertekan. Di tahun 2004, ia memperoleh medali John Curtin dari Curtin University atas pelayanan, kepemimpinan, dan visinya.

Buku ini sendiri sebetunya mengupas 108 cerita yang amat dalam maknanya. Hebatnya, sebagian cerita dalam buku ini berasal dari pengalaman Ajahn Brahm sendiri. Oleh sebab itu,  bila membaca buku ini kita seolah diajak berpetualang ke dunia yang kerap membuat kita merenung, tersenyum, bahkan kerap sedih. Karena, apa yang dituturkan amat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.

Selain itu, buku ini pula dibumbui dengan cerita klasik tempo dulu baik mengenai pelepasan duka lara, pembebasan dari rasa takut, dan permaafan. Buku ini dengan cendekia menuturkan jalan menuju kebahagiaan sejati, welas asih, dan kearifan. 

Silakan saja simak kisah suami istri dan temannya yang bertualang di tengah laut dengan kapal yang dikemudikan sendiri. Di tengah jalan, terjadi perselisihan paham. Tapi, kala salah satu memutuskan untuk pergi, ternyata mereka sedang berada di tengah laut sehingga tidak bisa ke mana-mana. Maka, mau tidak mau, mereka mesti menyelesaikan masalah. Sepertinya remeh saja. Namun, itulah hidup. Kita tidak akan pernah menyelesaikan masalah cuma dengan lari dari masalah itu.

Atau, silahkan baca juga cerita bagaimana Brahm pernah mengalami sakit gigi yang ripuh. Pelbagai macam meditasi dilakukannya. Namun, tidak satu pun yang dapat membuat sakit giginya sembuh. Akhirnya, di dalam keputusasaannya, Brahm menyerah dengan "mempersilakan" sakit gigi menyiksanya. Ternyata, langkah itu justru menjadi "jalan damai" yang pada akhirnya malahan membikin sakitnya lenyap. Bila dicerna, cerita ini mungkin amatlah sederhana. Namun, di sanalah simbolisasi bahwa kepasrahan atau keikhlasan seseorang dalam menerima sesuatu yang terjadi ternyata justru dapat menjadi solusi yang paling ampuh.

Masih banyak lagi kisah lain yang diungkap oleh Brahm dengan gayanya yang khas. Menghibur, menggelitik,  tapi kalau dicerna lebih jauh, amat berisi. Hebatnya, tak seperti buku-buku sejenis lainnya. Kalau biasanya buku kumpulan tulisan sering terpisah isi antar bagiannya, maka kumpulan tulisan ala Brahm ini justru mempunyai plot yang tidak lepas satu sama lain. Dan, inilah kekuatan gaya bertutur Brahm. Karena, ia dapat mengajarkan banyak hal tanpa kesan menggurui.

Nah, bila Anda ingin "bertualang" menikmati kisah hidup yang menghibur sekaligus mempunyai nilai ajar yang berkualitas, mungkin buku setebal 328 halaman dan seharga Rp 60.000 ini bisa menjadi referensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun