Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Heroik Daan Mogot Harus Kembali Kita Renungkan

17 Agustus 2018   04:45 Diperbarui: 17 Agustus 2018   07:03 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agustus, bulan ini setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia, sebab 73 tahun lalu Dwi Tunggal Soekarno Hatta memproklamirkan kemerdekaan. Di momen yang sama kita juga menjadi teringat akan jasa para pahlawan yang telah gugur di medan laga. Merekalah perintis kemerdekaan sejati.

Bukan latah, banyak catatan sejarah mengenai epos kepahlawanan. Jujur saja, kita bisa menikmati pendidikan yang mencerdaskan, lalu bekerja memperoleh penghasilan yang tinggi, itu semua berkat perjuangan mereka. Jadi, alangkah baiknya kita flashback untuk sekedar mengapresiasi kepada mereka yang kini bersemayam di bumi nusantara tercinta.

Salah satunya ialah Mayor Elias Daniel Daan Mogot, atau yang lebih dikenal sebagai Daan Mogot, yang sekarang dipatrikan menjadi sebuah nama jalan yang menyusur kawasan Cengkareng, Jakarta Barat hingga ke Tangerang. Nama jalan Daan Mogot yang cukup semrawut, barangkali lebih dikenal orang ketimbang sosoknya sendiri.

Bila ditilik, pada dua dekade terakhir hingga sekarang tidak terlihat adanya nama Daan Mogot di mata pelajaran Sejarah, baik di SD hingga SMA. Padahal mendiang Daan Mogot tertulis sebagai pendiri dan Direktur pertama Akademi Militer Tangerang (MAT). Kisah heroiknya ketika berjuang untuk melucuti senjata tentara Jepang di hutan Lengkong, Serpong, Tangerang yang menyebabkan ia mesti menghadap Tuhan pada usianya yang ke 17 tahun, belum banyak diketahui generasi muda.

Pertempuran Lengkong terjadi pada 25 Januari 1946. Pada waktu itu, Daan Mogot bersama 70 taruna MAT mendatangi depot senjata Jepang di Lengkong guna mendahului tentara NICA Belanda yang pula bermaksud melucuti senjata pasukan Jepang di depot tersebut. Rombongan disambut komandan tentara Jepang, Kapten Abe. Sewaktu perundingan berjalan, tiba-tiba sekumpulan taruna MAT yang berada di lapangan depot ditembaki senjata yang tidak diketahui asalnya. Hujan tembakan tersebut mendorong pasukan Jepang lainnya untuk membedil senjatanya ke sejumlah taruna yang terjebak di lapangan.

Daan Mogot pun segera keluar dari tempat rundingan, mencari tempat berlindung di hutan karet Lengkong disusul anak buahnya sembari membalas tembakan pasukan Jepang yang menempur dengan ganas dan terus mengejar. Karena kalah di baik pengalaman, senjata, dan amunisi, sejumlah 33 taruna gugur.

Sedangkan, Daan Mogot sendiri gugur dihujani tembakan ketika sedang memegang senapan mesin anak buahnya yang sudah tewas. Peluru yang memasuki dada dan paha kanannya mengakhiri perjuangannya. Sementara sejumlah taruna lainnya berhasil meloloskan diri dan ada yang ditawan.

Mereka yang tewas lalu dimakamkan di dekat penjara anak Tangerang. Penghormatan terakhir diberikan oleh keluarga dari para taruna yang gugur, perwira dari AMT, PM Sutan Syahrir dan Wakil Menlu RI, H. Agoes Salim yang puteranya Sjewket Salim pula turut gugur di peristiwa tersebut.

Daan Mogot, seorang putera Menado, menghadap sang pencipta dalam usia muda. Bersama jasadnya, turut juga disemayamkan potongan rambut sang kekasih, Hadjari Singgih. Patut diketahui, rambut Hadjari yang waktu itu panjangnya mencapai pinggang dipotong. Sejak hari itu, Hadjari membiarkan potongan rambutnya tetap pendek.

Kisah heroik Daan Mogot ini harus kembali kita renungkan di tengah krisis nasionalisme negara kita. Apalagi di masa perjuangan itu, Daan Mogot mesti merelakan kematian ayahnya yang dibunuh oleh perampok, disebabkan stereo type orang Menado seperti antek-antek Belanda. 

Ada sebagian dari bangsa ini yang mudah menuduh tanpa disertai bukti yang kuat. Semudah melupakan pejuang muda seperti Daan Mogot.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun