Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pelajaran dari Papa

12 November 2022   22:06 Diperbarui: 12 November 2022   22:12 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku, adik pertama, dan kedua orangtuaku (dok. pribadi)

Ini adalah sedikit memoriku tentang papa. Ya anda boleh tertawa sebab panggilan ini terkesan seolah saya anak yang manja. Memang waktu kecil dulu aku dimanja. Tapi aku tidak ingat. Mungkin setelah aku punya adik yang selisih dua tahun aku sudah tidak dimanjakan lagi. Bukan masalah besar. 

Anak pertama memang seharusnya tidak dimanja. Dimanja disini diartikan seperti meminta apa saja dikasih. Ya papaku adalah orang yang cenderung pendiam dan tidak heran sifat itu ada dalam diriku. It's in the blood. 

Ya papaku memang pendiam tapi tidak sependiam itu. Ketika ketemu lawan bicara yang pas maka dia akan banyak berbicara, cerita, ngobrol dengan luwes. Tidak seperti orang yang pendiam. Dan sifat itu pula ada padaku. Bedanya aku membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa berbicara dengan orang yang baru kenal. 

Papaku? Tidak seperti itu. Dia mudah kenal orang walaupun awalnya terlihat canggung. Sepertinya memang itu karaktek papaku. Terlihat canggung. Orangnya ramah dan satu hal yang papaku ajarkan secara tidak langsung adalah. Dia kenal banyak orang, tidak mudah lupa, terlebih yang masih sanak famili dari yang jauh sampai terdekat. 

Papa di kantor (dok. pribadi)
Papa di kantor (dok. pribadi)

Terlihat ketika suatu waktu, papaku datang ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan salah satu ponakannya, anak adik perempuannya ketika itu. Pasti beliau tidak membiarkan kesempatan untuk jalan ber silaturahmi ke rumah saudara atau famili kerabatnya. Bahkan salah satunya adalah seorang dosen ekonomi di Universitas Indonesia, yang aku baru tau ketika masih SMP dulu. 

Sering lihat fotonya di majalah Tempo di kolom ekonomi. Ekonom yang cukup disegani sampai saat ini. Waktu itu aku dan papa berkunjung ke rumahnya di bilangan Ciasem Jakarta Selatan, mohon maaf jika keliru tapi itu yang kuingat. Kami ke rumahnya yang cukup besar. 

Disana papa bercerita banyak dengan beliau seorang Faisal Basri Batubara Orang Sumatera Utara yang besar di Bandung. Gayanya sederhana, seorang pembaca buku yang "rakus". Dan aku saat itu hanya diam dan mengamati mereka berdua bicara ngobrol tentang masa lalu, nostalgia masa kecil. Aku memanggilnya bang Ical panggilan kecilnya. Hanya keluarga terdekatnya yang memanggil beliau demikian.

Papa the best employee
Papa the best employee

Papaku bisa dibilang gps berjalan kalau sudah bicara tentang saudara familinya di Jakarta. Ya dulu waktu masih lajang beliau cukup lama tinggal di Jakarta, menumpang di rumah abangnya dan sepupunya yang lebih dulu hijrah ke Jakarta. Jadi beliau tau betul dimana tinggal saudaranya itu. Ada yang di Cikarang, Bekasi, Bintaro, Cipete, Prapanca, dan Cengkareng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun