Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PSBB Kembali: Harusnya dari Kemarin-kemarin

10 September 2020   19:09 Diperbarui: 10 September 2020   19:11 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhirnya kembali lagi diberlakukan. Ini hanya pendapat pribadi saya. Murni tanpa ada unsur berpihak ke mana pun. Ini semata saya hanya peduli dengan kesehatan diri. Salahkah? Motivasi terkuat saya adalah, saya tidak mau dan tidak akan pernah mau di-swab test, pcr, pcx, pcc atau apapun itu! Titik. Melihatnya saja ngilu. Serius .

Saya mau mengatakan dengan gamblang. PSBB diperlukan dan penting. Harusnya selama ini semua wilayah psbb. Ya saya tahu ekonomi pasti kena dampaknya. Ya saya tahu mengajar jarak jauh itu melelahkan. 

Ya saya tahu nak... kalian lelah dengan belajar dari rumah ini. Ya Ibu Bapak saya tahu kalian mungkin tambah stress dengan situasi ini. Ya anak muda saya paham kalian butuh jalan-jalan ke mall dan segala tetek bengeknya. Ya saya tahu semua keluhan yang memuakkan ini. Serius.

Sampai kapan Anda meremehkan virus tak kasat mata ini? Well tidak tahu. Sampai Anda terkena. Bukan mendoakan. Namun saat ini kita harus bisa sedikit saja merasa empati dengan kondisi. Bukan dengan sesama manusia saja. Munculkan, ciptakan gambaran di pikiran bahwa virus ini menyakitkan. Terus lakukan di pikiran. Bukan rasa takut atau cemas yang muncul. Tapi sikap awaas dan waspada. 

Bayangkan kita sedang melakukan aksi di tengah kegelapan. Harus awas. Mungkin seperti apa yang dilakukan pencuri. Begitu awas. Ya seperti itulah sikap yang seharusnya. Jangan sampai menimbulkan kecurigaan terhadap virus. Jangan-jangan orang ini pura-pura kuat. Maka kita harus pandai mengelabui virus ini agar tidak tertular. Aneh memang jalan pikiran saya. Begitulah.

Bahagialah orang-orang rumahan. Karena terbiasa di rumah, maka psbb atau tidak, bukan masalah. Saya salah satunya. Apakah saya tidak bahagia? Pribadi yang membosankan? Bisa jadi, bisa tidak. 

Saat-saat seperti inilah kemampuan adaptasi kita diuji. Ingat manusia sampai sekarang masih bertahan. Karena naluri survivenya tinggi. 

Saat ini bukan hanya harus bertahan dengan kebutuhan pangan. Tapi harus mampu bertahan dengan pikiran. Pikiran sehat, maka tubuh fisik akan sehat. Kecuali Anda dihantam rerentuhan rumah saat pesawat jatuh. Kecelakaan beda perkara.

Karena saat ini, banyak orang yang seolah terlihat sehat padahal tidak. Bukan karena rajin olah raga, banyak bergerak. Bukan itu parameternya. Bisa saja rajin olah raga. Tapi sampai rumah pikiran stress lagi. Kerjaan yang tidak ada habisnya dan harus bekerja dari rumah. 

Banyak gangguan (kalau tidak kasar penyebutannya) dari anak-anak, omelan istri (bagi yang sudah merit). Mendampingi anak belajar. Ya suka atau tidak. Harus dihadapi. Kortisol meningkat. Sudahlah percuma itu olah raga yang kita lakukan. Artinya apa? Semua berperan penting. 

Raga dan jiwa, sama pentingnya. Sepenting miliaran syaraf di dalam tubuh kita yang saling bekerjasama untuk sekedar membuka mata misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun