Kalau ingin umumnya panjang, maka menulis lah!
Menulis itu merupakan pekerjaan otak dan otot. Selain otak digunakan untuk mengulik, meriset, mengamat, menulis juga membutuhkan jiwa yang sehat. Pada saat badan tidak sehat menulis juga akan jadi terbengkalai.
Banyak orang yang bercita-cita ingin jadi penulis, tetapi di saat yang sama mereka kerapkali kurang siap. Ke-kurangsiap-an ini biasanya menyelimuti perasaan setiap orang yang mau belajar menulis. Apa saja indikator yang dapat menyebabkan orang-orang gagal menulis?
rasa malas
Saya pernah ditanya seseorang tentang kiat sukses menulis. Saya menjawab: "membuang rasa malas". Rasa malas pasti pernah dirasakan setiap orang. Apalagi pekerjaan menulis tidak gampang banget tetapi juga tidak susah.
Dalam pengalaman saya menulis di beberapa media, yang paling susah di awal itu adalah mulainya.
Dalam pengalaman saya menulis di beberapa media, yang paling susah di awal itu adalah memulainya.
Karena menulis itu bukan suatu bidang ilmu yang bisa saja dilakukan secara turun-temurun. Atau ilmu turunan. Akan tetapi, sebuah bakat yang memerlukan kegigihan dan konsisten. Nah, di sini terkadang banyak orang yang bingung dari mana menulis harus dimulai?
Bersabar
Sabar adalah sikap mental yang wajib dimiliki seorang penulis. Banyak cerita para penulis yang hari ini telah menelurkan ribuan karya (ilmiah ataupun non-ilmiah). Setelah melalui proses panjang menaklukkan rasa malas untuk belajar menulis, mereka terkadang harus mati-matian belajar bersabar. Karena sabar adalah pangkal sukses.
Saya merasa bersyukur, setelah kedua ini saya amalkan dengan sebaik-baiknya ternyata benar menulis itu mudah. Kuncinya hanya satu: tekun.Â
Saya teringat cerita seseorang penulis terkenal di Barat yang juga pernah mengalami pasang surut dalam menulis. Cerita ini saya baca dari cerita  Dr. Jalaluddin Rakhmat yang disadur oleh Mas Badiatul Muchlisin Asti (Kang Asti) dalam karyanya, "Buku Sakti Menulis Opini".
Ceritanya begini, Suatu ketika ada seseorang di Barat sangat tekun menulis artikel sebanyak mungkin, dan tidak satupun dimuat media. Hingga -berkisar- ke 1501.Â