Mohon tunggu...
Ashilla Marwa
Ashilla Marwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa aktif dari Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender, Konsep yang Sukar Terealisasi

29 Juni 2022   10:32 Diperbarui: 29 Juni 2022   10:46 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kemenpppa.go.id

Secara teori kesetaraan gender dapat diartikan sebagai hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Dari sini dapat kita pahami bahwa kesetaraan gender berfokus pada hubungan sosial yang terjadi di antara keduanya. Namun, beberapa ada yang beranggapan bahwa kesetaraan gender adalah perbedaan jenis kelamin. Oleh karenanya harus kita sadari mulai saat ini bahwa kesetaraan gender dan jenis kelamin adalah dua artian yang berbeda. Seperti yang kita ketahui bersama pada hakikatnya bahwa perempuan dan laki-laki berbeda. Hal yang paling mudah untuk membedakan keduanya yakni dengan melihat karakteristik fisik. Perbedaan itu akrab disebut dengan perbedaan jenis kelamin. 

Perbedaan jenis kelamin ini dulunya sangat berpengaruh pada struktur masyarakat. Seperti yang kita tahu, dulu perempuan tidak boleh terlalu "mencolok" di masyarakat. Perempuan lebih dikenal sebagai penghuni rumah yang pekerjaan sehari-harinya hanya mengurus rumah, memasak di dapur, membesarkan anak, dan melayani laki-laki. Namun seiring berkembangnya zaman, pemikiran patriarki seperti ini sudah harus mulai ditinggalkan.

Kesetaraan gender yang sering kita semua dengar akhir-akhir ini sebenarnya tidak berarti perempuan dan laki-laki bersaing dalam hal-hal yang di luar kodratnya. Yang banyak kaum perempuan perjuangkan adalah bagaimana mereka bisa memiliki hak bersuara dan hidup selayaknya laki-laki. Perempuan berhak memilih menjadi seorang ibu yang tetap bekerja. Perempuan bisa memimpin sebuah perusahaan dan tetap menjadi istri di rumah. Perempuan berhak menyuarakan pendapatnya pada forum diskusi tanpa menerima diskriminasi. Isu kesetaraan gender ini juga, berlaku pada laki-laki; karena seperti yang kita semua tahu, ketika mendengar istilah kesetaraan gender kita cenderung berpikir bahwa yang perlu dibela hanya hak-hak perempuan.

Ada banyak laki-laki yang pastinya merasa diperlakukan tidak adil oleh beberapa aturan yang terlalu memihak perempuan. Seperti contohnya pada kasus pelecehan seksual. Ketika mendengar kasus pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan, semua lapisan masyarakat seolah-olah siap membela. Tetapi, ketika korbannya adalah laki-laki, kita cenderung mengabaikannya dengan gagasan bahwa laki-laki adalah kaum yang kuat. Padahal, pelecehan tetaplah pelecehan tanpa memandang gender korbannya. Laki-laki yang menjadi korban pelecehan juga berhak mendapat dukungan, pendampingan terapis apabila mereka membutuhkan, juga berhak mendapatkan perlindungan hukum apabila melapor kepada pihak berwajib.

Sayangnya, konsep di atas masih saja terasa tabu. Kita hanya bisa terus menerus menggaungkan konsep yang sama berulang kali tanpa bisa berbuat banyak untuk bisa mewujudkannya. Hal ini dipengaruhi oleh masih banyaknya masyarakat yang hidup dalam sistem patriarki yang kuat, dan sulit lepas dari sana. Padahal, tujuan sebenarnya dari konsep kesetaraan gender ini adalah agar setiap individu di dunia ini dapat merasakan perlakuan adil tanpa diskriminasi.

Konsep kesetaraan gender dalam pendidikan juga sangatlah penting, seperti halnya pada saat pelaksanaan perkuliahan dimana dalam suatu kelas yang terdiri dari mahasiswa laki-laki dan perempuan. Seluruh mahasiswa tersebut memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapat, memberi tanggapan, bahkan untuk memimpin jalannya presentasi. Hal itu memberi arti bahwa kesetaraan gender di dalam ruangan tersebut berjalan dengan optimal. Disisi lain ada problematika dalam kesetaraan gender. 

Beberapa orang ada yang 'salah artikan' kesetaraan gender. Akibatnya berlomba-lomba mengejar kesetaraan yang menyebabkan ingin unggul satu sama lain. Dengan demikian, dalam menerapkan kesetaraan gender harus memahami terlebih dahulu terkait prosedurnya. Pembekalan dan pemahaman terkait hal tersebut sudah seharusnya menjadi salah satu fokus bidang pendidikan maupun sosial. Penyebab yang memunculkan adanya ketidakadilan dan kesetaraan adalah adanya perbedaan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pengetahuan kita terhadap kesetaraan gender harus terus diasah serta menerapkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun