Kita bermula dari sepasang ketiadaan
Yang mengada atas hasrat Tuhan yang menggebu
Huruf-huruf bersemi menengadahkan harap
Seperti bintang; berkelip tanpa rasa yang terperi
Kita memulai mendiksikan senyum
Yang merekah sebagaimana yang Tuhan ajarkan
Lalu menetaskan kalimat-kalimat tunggal;
Aku adalah luka dan kau ialah cinta
Kita melantunkan sepasang puisi
O, kita puisi nitu sendiri
Tuhan memasrahkan esa-Nya di ujung puisi kita
Kita sepasang puisi yang saling meng-Esa-kan
Kita sepasang Esa yang saling memuisikan
Seperti kopi, aku pahit kau pekatnya
Seperti hujan, aku rintik kau kenangannya
Sebagaimana kita: tak lagi terbilang