Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Harto Mewariskan Kebangkrutan Ekonomi, EsBeYe Kemiskinan?

4 Agustus 2018   06:05 Diperbarui: 4 Agustus 2018   06:51 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Parpol-parpol bisa dibilang tidak ada yang bicara tentang kemiskinan. Barangkali semua parpol sangat menyadari bahwa rakyat dan pemerintahnya memang masih miskin.

Dan kemiskinan memang tidak harus dilawan dengan menjatuhkan lawan politik. Melainkan harus diatasi dengan menghindari segala bentuk SARA dalam berpolitik yang dilatari berbagai macam ideologi yang datang dari luar.

Demikian pula pada zaman orde baru semua parpol pun tidak banyak bicara tentang kemiskinan. Tetapi lebih banyak bicara "mengatur" dana pembangunan untuk segera menikmati kesejahteraan yang pada zaman Bung Karno barangkali diabaikan oleh pemerintah.

Kemiskinan zaman orla

Pada zaman orla. Rakyat diajak melakukan revolusi di bawah pimpinan Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno untuk merobah sendiri nasib Bangsa Indonesia yang masih dibebani dengan berbagai penderitaan dan kesulitan sebagai bangsa yang baru merdeka.

Seperti diketahui dari sejarah. Indonesia merdeka bukan karena dipersiapkan dan diatur oleh bangsa lain.

Melainkan lahir karena berani merdeka demi mensejahterakan diri dan perdamaian dunia. Karena Bangsa Indonesia adalah bangsa yang lahir dengan tergembleng oleh bara api Perang Dunia II yang merobah tatanilai peradaban dunia dalam bernegara yang anti penjajahan.

Bung Karno mengajak Bangsa Indonesia---semua parpol, untuk berajimat Trisakti. Yaitu berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berwatak yang berkepribadian Indonesia.

Dalam masa yang masih sulit Bung Karno tetap membangun kebesaran jiwa Bangsa Indonesia. Rakyat diajak atau dibujuk untuk gotongroyong patungan membangun Monas, Gelora Senayan (sekarang Gelora Bung Karno) dan Jembatan Semanggi. Semuanya dibangun tidak dari duit pinjaman asing maupun dari sumbangan para jutawan dalam negeri yang sudah ada kala itu.

Barangkali Bung Karno berfikir tidak mau terlalu membebani para jutawan dalam negeri. Biarlah para jutawan terus berusaha mandiri dengan membuka lapangan kerja yang langsung mengajak dan melibatkan rakyat.

Bung Karno tidak pernah menjual kemiskinan untuk mendapat dukungan rakyat. Dukungan rakyat diperoleh Bung Karno atas satunya kata dan perbuatan yang dilakukan untuk membangun jiwa bangsanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun