REVOLUSI SPIRITUAL
Kitab suci, fiksi atau fakta?
Sebagian kecil masyarakat beragama baru-baru ini sempat dibuat  tersentak sesaat. Khususnya mereka yang pernah sempat nonton sebuah acara televisi sewasta national dan juga mereka yang akrab dengan YouTube. Ketika mendengar ada pertanyaan menjebak dari seorang Profesor: "Kitab suci itu fakta atau fiksi?"
Penulis memastikan bahwa pertanyaan tersebut adalah pertanyaan jebakan. Karena jawaban pertanyaan itu harus dijawab dengan kata "fakta" atau "fiksi" kalau jelas kitab suci yang mana yang dimaksud.
Agaknya secara "licik" Profesor yang membuat pertanyaan menjebak tersebut  menyodorkan pula definisi sendiri untuk melengkapi pertanyaan tersebut.  Siapa pun boleh setuju dan tidak setuju dengan definisi tentang fiksi yang dimaksud dan tidak perlu protes menyalahkan. Apa lagi jika tidak faham benar dengan filosofi kitab suci sang Profesor.
Dan yang memprotes pertanyaan tersebut pastilah bisa dianggap oleh Profesor yang bertanya, termasuk sebagai orang yang tidak mengerti dengan yang ditanyakan dan yang diprotes. Alias dungu.
Profesor tersebut tidak berani menyampaikan definisi tentang kitab suci yang sudah ada sejak hadirnya para nabi. Karena mungkin tidak pernah ingin tahu. Atau mungkin punya  interpretasi sendiri yang berbeda dengan kamus-kamus. Sang Profesor hanya berargumen untuk kitab suci versi dirinya sendiri. Yang sudah pasti berbeda dengan semua kitab suci agama yang ada.
Pada hal seperti diketahui secara luas bahwa dunia mengakui dalam peradaban manusia mengenal demikian banyak kitab suci.
Kitab suci menyampaikan kebenaran realita kehidupan
Kitab suci---agama, adalah petunjuk cara hidup yang benar bagi setiap orang agar setiap orang dapat merasakan hidup yang sedang dijalani ini  sesungguhnya sangat "indah dan menyenangkan" adanya.
Dengan kata lain kitab suci dihadirkan agar setiap pribadi manusia bisa hidup senantiasa bersyukur. Â Demikian menurut penulis sebagai orang yang awam segalanya tetapi berani mengaku suka berfikir apa adanya dan suka merenung membaca dan mencoba menghayati realita sehari-hari.