Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Harto-Bung Karno, Ibarat Anak Durhaka kepada Bapaknya?

24 September 2017   18:51 Diperbarui: 24 September 2017   18:59 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 REVOLUSI SPIRITUAL

Di medsos beredar rekaman tanpa editan Pak Harto bercerita banyak tentang G30S/PKI. Yang tentu saja berisi hal-hal penting tentang mengenai perbedaan "pandangan" antara Pak Harto dan Bung Karno.  Baik sebagai pribadi-pribadi yang berkarakter maupun sebagai sosok-sosok negarawan yang mempunyai peran penting dalam negara.

Bung Karno seorang koseptor kenegaraan

Bung Karno bisa disebut sebagai sosok pribadi yang menghargai semua pemikiran---konsep, agung yang diketahui seluruh umat manusia untuk kemuliaan hidup sesamanya. Dari konsep ajaran para nabi, para filsuf, sampai pemikiran agung para imam yang mendalami ajaran suatu agama yang sempat diketahui dari buku-buku dan dari para ulama yang dikenal dan dikaguminya.

Maka sangat wajar bila sejak usia remaja di dirinya selalu digelorakan oleh enerji pencarian yang ingin menemukan wujud kebenaran konsep-konsep yang sempat singgah pada jiwa dan pikirannya.

Sangat wajar bahwa dirinya kemudian menjadi seorang konseptor besar tentang kenegaraan. Dari dirinya bisa lahir pula suatu konsep agung yang ternyata sama sekali tidak merendahkan atau menyalahkan seluruh pemikiran agung yang sudah ada dalam peradaban bernegara.

Bung Karno seperti sangat tahu kebiasaan buruk seluruh umat manusia. Bahwa setiap akan diwujudkan konsep baru tentang peradaban bernegara pasti diikuti pula dengan tragedi kemanusiaan yang merenggut banyak jiwa yang seharusnya mutlak harus dihindari semua bangsa.

Dan Pancasila yang ditawarkan kepada dunia, menyampaikan sebuah konsep bernegara yang sempurna untuk mewujudkan negara yang sempurna. Yaitu negara yang menghormati, memuliakan, menjaga, melindungi dan menghargai hak rakyatnya untuk hidup mulia sejahtera di negaranya.

Bung Karno tidak ingin Pancasila diamalkan dalam genangan darah rakyat yang terbunuh dalam perang saudara karena ada  ideologi-ideologi lain.

Pancasila harus diamalkan dengan perjuangan melawan kaum nekolim yang propaganda menyesatkan dan menyengsarakan seluruh masyarakat dunia yang ditindasnya. Bung Karno mengajak bangsanya untuk berjuang menghilangkan kebodohan dalam berbangsa dan bernegara. 

Pak Harto jago strategi mengalahkan musuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun