Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Upaya Serang Ahok Pakai Kebohongan Publik?

23 November 2016   18:39 Diperbarui: 23 November 2016   18:49 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Kebohongan publik 

Maksudnya. Ahok diserang oleh para penyerangnya dengan cara membuat kebohongan publik.

Mereka yang panik adalah kaum-kaum yang menggalang kekuatan untuk terus berusaha menekan pemerintah untuk menggulingkannya.

Demo 2 Desember 2016. Telah tercium  bau sebagai satu tahapan untuk makar. 

Kata Fadli Zon makar itu istilah orde baru. Tepat sekali pendapat itu. Karena seperti itulah tujuan demo 212. Menggulingkan pemerintah seperti dilakukan orde baru terhadap orde lama. Dengan cara semakin hebat menghujat Ahok.  Supaya ledaknya mengguncang istana.

 

Belakangan ada celah baru. Buat mereka yang panik untuk memfitnah Ahok dengan bersenjatakan “kebohongan publik.”  Fitnah demikian menunjukkan kebingungan mereka.

“Dugaan Ahok” bahwa para demonstran dibayar 500 rupiah per orang sangat masuk akal. Bukan mengada-ada. Bisa diuji. Paling tidak pasti disediakan atau dianggarkan oleh pihak penyelenggara demo. Siapa penyelenggara demo, bisa dilihat dari surat-surat minta izin untuk demo dari  kepolisian.

Bisa ditanyakan juga kebenarannya, kepada setiap ulama yang mengkoordinir peserta demo. Kalau mereka mengaku anggaran dipikul sendiri-sendiri oleh para peserta demo. Alangkah bodohnya mereka yang berdemo hanya untuk menjatuhkan Ahok, tanpa dibayar.  Apa untungnya bagi para demonstran? Apa yang demo itu dibodohi semua pakai menistakan agama? Tak masuk akal sehat.

Kalau ada peserta demo yang tidak mengaku merasa terima aggaran 500.000 rupiah per orang pasti haknya dimakan oleh ulama yang mengkoordinir. Hendaknya mereka menuntut haknya kepada ulama yang memimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun