Perkembangan teknologi digital tidak hanya membawa manusia pada euforia. Sebagian kelompok masyarakat merasa perlu adanya perhatian yang cermat terhadap hal tersebut. Salah satu alasan yang melatarbelakanginya adalah dampak besar yang dibawa oleh dunia digital terhadap kehidupan manusia. Ia mampu menciptakan era baru. Cepat atau lambat, penetrasinya di berbagai bidang akan mengubah bagaimana cara manusia hidup.
Lantas, apakah semua intervensi itu bersifat positif?
Pew Research Center dalam lamannya yang berjudul '5 Leading concerns about the future of digital life' mengemukakan lima kekhawatiran mereka terhadap kehidupan digital. Mereka memandang bahwa sehebat apa pun kehidupan digital mampu mempermudah manusia, ia juga merupakan senjata yang bisa digunakan untuk mengontrol dan mengeksploitasi.
AI atau Artificial Intelligence. Istilah AI diterjemahkan sebagai kecerdasan buatan dalam bahasa Indonesia, adalah perangkat atau sistem yang disusun untuk meniru bagaimana pikiran manusia bekerja. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh John McCarthy dalam konferensi AI pertama yang digelar di Dartmouth College.
Salah satu kekhawatiran yang mereka utarakan berkaitan dengan perkembanganPenggunaan AI dalam Kehidupan Manusia
Peranan AI dalam kehidupan manusia sudah semakin luas. Sistem kecerdasan buatan ini sudah banyak disisipkan di dalam berbagai teknologi sehari-hari, salah satunya adalah ponsel pintar. Tidak hanya itu, aplikasi-aplikasi berbagai tujuan yang bisa diakses pada perangkat tersebut pun menjadi begitu adiktif dan membantu karena adanya penerapan sistem AI.
Dalam budaya konsumtif, masyarakat saat ini sudah tidak lagi awam dengan aplikasi-aplikasi belanja dalam jaringan. Selain menawarkan efisiensi waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan berbelanja secara luring, aplikasi-aplikasi yang dimaksud pun mampu memberikan pelayanan yang optimal dengan mempelajari tren pembeli.
Dalam upaya mempermudah mobilitas manusia, aplikasi peta digital sudah menjamur. Selain mampu menampilkan rute menuju sebuah lokasi, ia juga mampu menyampaikan informasi kemacetan, memperhitungkan lama perjalanan, hingga memberikan direksi yang akurat. Skala yang lebih besar dalam hal tersebut telah diimplementasikan pada perangkat mobil cerdas, mengonversi mesin mati tersebut menjadi robot yang memiliki kemampuan berpikir manusia.
Konvergensi Robot dan AI
Menciptakan robot manusia tampaknya akan segera menjadi tren masa depan di dunia digital. Tren ini dimulai dari penciptaan mesin robot yang secara fisik menyerupai manusia, lantas dikonvergensi dengan penggunaan sistem kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan atau AI mampu memberikan kemampuan komputasi pada robot, hingga mengajarinya sifat dan sikap manusia dalam berbagai aspek.
Salah satu robot manusia yang berhasil menarik perhatian publik dunia adalah Sophia. Debut pada tahun 2016, robot manusia ini diciptakan oleh Hansons Robotics. Laman resmi Hansons Robotics mengklaim bahwa Sophia adalah warga robot pertama di dunia. Ia juga merupakan duta robot pertama untuk program pembangunan PBB.