Mohon tunggu...
Asfira Zakia
Asfira Zakia Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi

E= mc2

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kami yang Terbelenggu dalam Rinai Kelabu

25 Juni 2019   08:55 Diperbarui: 25 Juni 2019   09:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami, terbujur kaku dalam lorong-lorong waktu, mengais pilu yang bertalu-talu. Menatap di celah dinding kayu bak serdadu yang ditikam beku. Itulah kami yang terbelenggu dalam rinai kelabu.

Seteguk air yang menetes dalam semak arkais yang menipis, mampu menepis segala haus dan tangis. Sejumput awan keadilan mampu menahan segala beban di ujung tanduk harapan. Kami, yang tertawan dan tertahan dalam lingkaran persetan.

Patriarkat yang menjerat, di balik sekat-sekat jeruji berkarat. Persekusi yang menjalar hebat laksana harimau yang mengoyak mangsanya lumat-lumat. Kami, di ujung sekarat.

Kami, hanya menatap, meratap, terjerat dalam pasung-pasung sang bandit politik yang kian hebat memainkan akrobat. Ya, menari dan melompat yang nyatanya semua itu dilakukan oleh para penghianat.

Hai, Penghamba Materi!

Meski negeri kami lalai dan meremehkan kasus yang menodai.

Meski kau ambil sumpah kitabmu sebagai senjata diri.

Tuhan saja kau dustai, bagaimana kami mempercayai?

Nurani kami, keberanian abadi.

Dzikir kami, kekuatan sejati.

Gema tauhid kami, tiada yang menandingi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun