Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... -

Mengembara di London sekitar 10 tahun dan kembali ke Jakarta akhir 2011, ingin berbagi cerita mengenai Inggris dan Eropa serta kisah perjalanan lainnya. Silahkan berkunjung pula ke asepsetiawan.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sisi Lain London yang Kurang Dikenal

23 Mei 2011   23:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya ingin bercerita sisi lain London. Sebuah kehidupan nyata di London yang tidak bisa ditutupi dengan unjuk glamor selebriti dan keluarga kerajaan, kekayaan budaya serta peninggalan sejarah. Dibalik bangunan megah dan gedung antik bernilai historis, hidup berbagai jenis macam manusia mulai mereka yang superkaya sampai kalangan miskin. Ya saya melihat sendiri sebagian warga di London baik pribumi maupun pendatang hidup dalam kemiskinan. Mereka mengemis makanan dan terlunta-lunta hidupnya karena tuna wisma. Mereka hidup di jalanan, mengais makanan dan menerima belas kasihan dari warga lainnya. Jumlahnya mungkin tidak banyak dibandingkan penduduk London secara keseluruhan. Koran Evening Standard edisi Senin 23/5 menyebutkan ada 2.226 orang masih hidup di jalanan London untuk pertama kalinya pada tahun 2009-2010. Angka ini kemungkinan diluar mereka yang sudah tidur di jalanan sebelumnya. Menurut data statistik angka itu merupakan kenaikan 6 % dibandingkan dengan tahun 2008-2009 dan 2009-2010. Jumlah total penduduk London sekitar 7,5 juta. Jadi angka itu memang kecil. Merekalah yang sering terlihat di jalanan membawa kantung atau tas kumal, badannya tidak sedap baunya serta terlihat wajahnya kumal pula. Laporan dari Evening Standard menyebutkan Southwark, salah satu kotapraja di London, memotong penginapan yang menampung 40.000 orang tuna wisma di seluruh Inggris sampai 50 persen karena kesulitan ekonomi sekarang. Jadi makin sulitlah nasib tunawisma ini karena suramnya ekonomi. Wesley (47) dikutip koran Evening Standar mengatakan sudah tiga tahun dia hidup di jalanan dan semakin sulit kondisinya. Dia bercerita cerai dari isterinya, rumahnya hilang lalu datang ke London cari kerja dan berakhir sebagai tunawisma. "Saya tidak tidur. Saya berjalan di West End. Saya makan kacang dan sandwich seraya berjalan semalaman agar hangat sampai restoran McDonald's buka jam 5 pagi." Rupanya dia memilih masuk restoran untuk menghangatkan tubuhnya dan berdiam mencari perlindungan dari udara dingin hanya untuk sementara waktu. [caption id="attachment_111595" align="aligncenter" width="415" caption="Wesley saat di McDonald"][/caption]

Pernah saya lihat sendiri di dekat sebuah taman tak jauh dari stasiun kereta api bawah tanah, berbondong-bondong orang antri dan menunggu sajian sup panas, roti dan makanan lainnya. Mereka seperti memiliki jaringan satu sama lain memberitahukan sehingga terkumpul puluhan orang dalam satu tempat. Kemudian datang mobil yang membawa makanan dan antri dengan tertib untuk mendapatkan makanan. Kejadian itu tidak hanya sekali namun berkali-kali dengan skala mulai jumlahnya belasan sampai puluhan. Tempat tersebut seolah seperti terminal pembagian sembako. Dan beberapa organisasi amal tampaknya memiliki tempat-tempat khusus membagikan makanan. Sebuah organisasi yang beralamat broadwaylondon.org misalnya mengaku telah merawat 4.327 orang jalanan. Katanya mereka dibimbing untuk tinggal di rumah dengan berbagai cara. Organisasi ini satu dari beberapa lembaga yang membimbing para tunawiswa ini secara fisik dan mental bahkan memberikan pelatihan agar mereka bisa mandiri. Kalau kita jalan-jalan di London sekilas memang ada sejumlah orang yang mengemis. Namun mereka sopan, umumnya tidak memaksa. Misalnya dia bilang "changes, please. Changes, please". Kalau terjemahannya mungkin "mohon kasihan gan uang recehannya".  Biasanya mereka menyodorkan topi atau semacam wadah. Tidak jarang juga menyodorkan tangan kepada kita. Kalau yang mereka temui tumbuh rasa kasihan maka merogoh receh puluhan pence sampai satu poundsterling. Kadang mereka dengan anjingnya sambil duduk. Lalu di depannya ada tulisan: homeless, please spare your changes. Artinya kira-kira;  saya tunawisa (tidak punya rumah) bagilah  uang recehannya. [caption id="attachment_111596" align="aligncenter" width="415" caption="Pasangan tuna wisma di depa stasiun Victoria, London (Foto: Evening Standar)"][/caption]

Mereka yang terpinggirkan karena kemiskinan dan atau karena kebiasaan mabuk atau narkoba sehingga terlunta-lunta di jalan kadang terlihat merasa malu dengan kondisi mereka. Jarang mereka itu agresif meminta-minta tetapi duduk di sudut-sudut jalan dan stasiun seraya meminta belas kasihan. Saya tidak membayangkan bagaimana ketika musim dingin tiba. Para tuna wisma ini jelas sangat menderita karena orang yang tinggal di rumah saja menggunakan pemanas masih kedinginan, apalagi mereka yang di jalan siang dan malam dengan angin dingin menusuk tulang. Namun ada satu hal yang saya ingat dengan saran seseorang. Bahwa negara Inggris telah menjamin semua warganya. Bahkan kalau seseorang menganggur akan diberikan gaji mingguan, mendapatkan tunjangan rumah, tunjangan anak, keluarga, pendidikan dan lainnya asalkan mendaftar ke Council atau kantor pemerintah terdekat. Jadi katanya, jangan dikasihani mereka yang mengemis dan terlunta-lunta di jalan. Itu salah sendiri ! Begitu katanya. Tidak jelas mana yang benar apakah miskin karena terpaksa atau memang malas. Bisa saja keduanya benar. Namun faktanya bahwa mereka tuna wisma, berada di jalanan kemungkinan besar banyak penyebabnya. Oleh sebab itu pengemis jalanan ini sering tidak diperhatikan warga London. Ya memang ada yang memberikan uang recehan tapi tidak banyak juga. Sepertinya orang London sudah paham bahwa kalau mau hidup harus berjuang keras, bukan dengan meminta-minta. Filosofi rasa malu meminta-minta ini tampaknya banyak tersebar di kalangan warga Inggris sehingga yang muncul budaya kerja keras diantara mereka. Mungkin ada saja yang terpinggirkan karena tidak mampu, maka organisasi amal inilah yang muncul membantu mereka. Oleh karena itu pengemis jalanan itu tidak menjamur semakin banyak karena ada LSM dan juga pemerintah turun tangan memberikan solusi. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun